11 Tahun Petani Ngawi Tinggalkan Tanaman Kedelai

Lebih dari 11 tahun, petani di Ngawi, Jawa Timur, meninggalkan tanaman kedelai. Sejak 2003, para petani yang semula membudidayakan kedelai beralih ke jagung, karena produktivitas jagung lebih tinggi. Peralihan komoditas tanaman pangan pertanian itu dilakukan petani di Desa di Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren. Menurut Martojo (73), petani di Dusun Sudorejo, Senin (9/1/2012), petani meninggalkan kedelai setelah berhasil mengembangkan budidaya jagung hibrida. Sebelum ada jagung hibrida, produktivitas jagung per hektar hanya dua ton. Produktivitas kedelai juga berkisar satu ton.

Dengan harga kedelai saat itu yang mencapai dua kali lipat lebih dari jagung, budidaya kedelai lebih menguntungkan. Setelah jagung hibrida diintroduksi, produktivitas jagung hibrida naik tajam. Dari semula dua ton menjadi sepuluh ton saat ini. Petani umumnya menanam jagung hibrida varietas P21.

Di sisi lain, produktivitas kedelai belum mampu mengimbangi jagung. Apalagi sejak 2003, produktivitas kedelai terus merosot, bahkan di bawah satu ton kedelai kering per hektar. Melalui kerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian dan Perum Perhutani, sejak musim tanam ini petani mulai membudidayakan kedelai untuk diproduksi sebagai benih sumber dan benih sebar.

Dengan harga benih sumber Rp 11.000 per kg dan benih sebar Rp 7.000 per kg, petani optimistis dengan produktivitas kedelai 2,7 ton per hektar, mereka lebih untung mengembangkan tanaman kedelai dibanding jagung. Apalagi harga jagung pipilan kering sekarang hanya Rp 1.900 per kilogram.

Saat ini, petani di Desa Sidolaju mengelola 8,4 hektar lahan Perum Perhutani. Luas total lahan Perum Perhutani yang dikerjasamakan dengan petani melalui sistem tumpang sari mencapai 648 hektar. Ada enam varietas kedelai yang dikembangkan petani, yaitu varietas grobogan, anjasmoro, gumarang, wilis, kaba, dan burangrang. Dari enam varietas itu, yang dinilai paling bagus adalah anjasmara dan grobogan. Hermas Effendi Prabowo | Nasru Alam Aziz | 

Kompas.com :: Senin, 9 Januari 2012 | 13:37 WIB

Share:
[addtoany]