Kontan, JAKARTA – Perusahaan Umum (Perum) Perhutani optimistis bisa memenuhi target pendapatannya tahun ini yaitu sebesar Rp 3,9 triliun. Optimisme tersebut beralasan. Soalnya, sampai awal November, perusahaan pelat merah ini sudah berhasil mengantongi pendapatan Rp 3,2 triliun, atau sekitar 85% dari target 2013.
“Sesuai dengan target, sisanya 15% bisa dicapai dalam waktu satu bulan terakhir,” ujar Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perhutani kepada KONTAN, Kamis (21/11). Meski tak merinci, Bambang bilang, pendapatan Perhutani pada 10 bulan pertama ini naik 15% dibandingkan tahun lalu, periode yang sama. Dari jumlah pendapatan tersebut, kontribusi paling besar berasal dari penjualan kayu.
Sampai pertengahan November, jumlah volume kayu milik Perhutani yang terjual sekitar 800.000 meter kubik atau 95% dari target. “Saat ini, komposisi pendapatan masih 55% kayu dan 45% non kayu,” kata Bambang. Sementara untuk laba, Bambang memperkirakan Perhutani bisa mengantongi laba hingga Rp 220 miliar sampai akhir tahun ini.
Di tahun depan, Perhutani menargetkan pendapatan hingga mencapai Rp 4,4 triliun. Berbanding terbalik dengan pendapatan, untuk laba Perhutani justru susut sebesar 5% dibandingkan dengan tahun ini. Sebab, Perhutani banyak mengeluarkan investasi untuk pengembangan industri kayu serta gondorukem tahun ini. “Biaya awalnya besar dan industri ini masih baru-baru jadi belum maksimal (memberikan laba),” kata dia.
Tahun depan Perhutani berencana untuk merogoh kocek sekitar Rp 30 miliar hingga Rp 50 miliar untuk mengembangkan bisnis air Perhutani. Perhutani berencana untuk menaikan kapasitas produksi air di pabriknya yang berada di Lumajang. Sebelumnya, kapasitasnya hanya 1 juta liter per tahun akan ditingkatkan menjadi 10 juta liter per tahun.
Selain itu, Perhutani juga akan meningkatkan PH dari 7,2 menjadi 7,4. “Kalau PH makin tinggi makin mahal,” katanya. Perusahaan pelat merah ini memiliki delapan pabrik gondorukem dan terpentin. Sumber bahan baku pabrik ini berasal dari lahan pinus milik Perhutani yang mencapai 865.000 hektare (ha).
Adapun, areal yang bisa menghasilkan gondorukem dan terpentin tahun depan seluas 166.000 ha. Sumber bahan baku lain dipasok dari Bali, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lain di luar Jawa.
Jurnalis : Maria Elga Ayudi
Kontan | 25 Nopember 2013 | Hal. 17