JAKARTA – Perum Perhutani melakukan ekspor perdana 13,6 ton produk alpha pinene ke India. Alpha pinene dihasilkan dari proses lanjutan getah pinus dan merupakan bahan baku untuk industri minyak, cat, dan tinta mesin cetak.
Alpha pinene diproduksi di Perhutani Pine Chimical Industry (PPCI), pabrik baru Perhutani di Pemalang dengan kualitas kemurnian minimal 97,5 % ke negara tujuan India dari Perhutani Pine Chimical Industry (PPCI), pabrik baru Perhutani di Pemalang.
Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto menyatakan, proses produksi alpha pinene tersebut menggunakan teknologi yang sederhana, tetapi Perhutani justru memperoleh nilai tambah cukup tinggi jika dibandingkan hanya produknya saja.
Sementara kebutuhan pasar Alphapinene dan Bethapinene di dunia mencapai 600 ribu ton per tahun, di dalam negeri mencapai 19 ribu ton per tahun.
“Dengan bahan baku getah pinus yang ada, dengan pengolahan sampai derivatnya, maka Perhutani kedepan ditargetkan akan menjadi pelaku bisnis industri pine chemical penting di dunia,” kata Bambang, Selasa (22/4).
Sebagai urutan ke tiga produsen derivat gondorukem dan terpentin di dunia, Perhutani baru menembus 10 persen, sedangkan China mencapai lebih dari 70 persen dan Brazil mencapai 11 persen.
Bambang mengatakan, pihaknya mengharapkan nilai tambah derivat gondorukem sebesar 20-30 persen dan derivat terpentin 50-60 persen. Dengan harga produk antara USD 2.000 sampai dengan YSD 4.000 dan bahkan ada yang mencapai USD 15.000 per ton.
Luas hutan yang dikelola Perhutani di Jawa 2,4 juta hektar (ha), terdiri dari hutan jati 1,3 juta haa (52 persen), hutan pinus 876,9 ribu ha (36 persen) dan sisanya damar, mahoni, akacia, sengon, kesambi, dan lainnya.
Bambang menjelaskan, pohon pinus yang disadap menghasilkan getah pinus. Getah pinus ini diolah di pabrik melalui proses melting, scrubber dan pemasakan menghasilkan produk gondorukem atau gum rosin dan terpentin.
Proses lanjutan destilasi terpentin akan menghasilkan produk turunan ?-Pinene (alpha pinene), bethapinene, D-limonen, D-carene. Sedangkan proses lanjutan produk gum rosin melalui easterifikasi dan flacking menghasilkan glycerol dan rosin ester.
PPCI di Pemalang saat ini berkapasitas bahan baku feed stock 24.500 ton per tahun getah pinus. Kapasitas produksi terpasang gondorukem (gumrosin) 17.150 ton per tahun, turpentin 3.675 ton per tahun, alpha pinene 6 ribu ton per tahun, betapinene 112,5 ton per tahun, gliserol rosin ester 18 ribu ton per tahun, dan terpineol 1.800 ton per tahun.
Pabrik Perhutani ini adalah satu-satunya pabrik derivat terpadu, terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Menempati lahan 6,3 ha dengan bangunan seluas 2,5 ha, PPCI didukung oleh 80 tenaga kerja langsung.
“Dengan beroperasinya pabrik baru ini dipastikan akan memberikan dampak sosial ekonomi positif bagi masyarakat sekitar pabrik khususnya dan Kabupaten Pemalang umumnya,” ungkap Bambang.(lum/indopos/jpnn)
Sumber : www.jpnn.com
Tanggal : 22 April 2014