TANAMAN kemiri merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Selain digunakan sebagai bumbu masak, minyak ekstrak biji kemiri bisa digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan industri. Potensi pasarnya yang besar membuat para petani melirik membudidayakan tanaman kemiri. BIJI tanaman kemiri sudah begitu populer sebagai salah satu rempah-rempah yang digunakan untuk bahan baku bumbu masakan. Ekstrak biji tanaman yang memiliki nama Latin Aleurites moluccana Wild ini juga berguna dalam industri untuk bahan baku campuran cat.
Tanaman ini bisa dijumpai di sebagian besar wilayah Indonesia. Pohon kemiri ini dapat tumbuh pada ketinggian sampai 800 meter di atas permukaan laut (mdpl), baik di daerah beriklim kering seperti di Sulawesi Selatan maupun pada daerah beriklim basah seperti di Jawa Barat. Lantaran pasarnya yang selalu ada, banyak pembudidaya melirik untuk membiakkan tanaman kemiri. Salah satunya adalah Sukma Sepriana dari Sumedang, Jawa Barat. Sejak tahun 2013 dia membudidayakan varietas kemiri di atas lahan seluas 1 hektare (ha).
Menurut dia, cara penanaman kemiri cukup mudah. Cara budidayanya melalui pembibitan. Pohon kemiri mulai berbuah pada umur 3,5 tahun sampai dengan 4 tahun. pada umur sekitar 5 tahun, produksi buah rata-rata 200 kg per pohon per tahun. Sukma bekerja sama dengan Perhutani Sumedang untuk mengembangkan kemiri tersebut. Menurut Sukma ada dua jenis kemiri yang cocok ditanam di Indonesia yaitu kemiri ks1 dan kemiri ks2.
Jenis bibit ini memang dua jenis yang di budidayakan di indonesia dan menjadi bibit yang sudah terdaftar dalam dinas pertanian. Dia menjual hasil panen berupa bibit kemiri, bukan bijinya. Ini sebagai langkah mendukung rencana pemerintah agar di tahun 2025 kemiri bisa berkontribusi untuk menghasilkan tenaga alternatif jenis biodesel. Selama kontrak dengan pemerintah sampai 2015, dia bisa menghasilkan dan menjual hingga 200.000 bibit dari pengembangan lahan 1 ha tersebut.
Harga jualnya sekitar Rp 5.000 per bibit. Jika dikalkulasi, selama kerja sama tersebut, dari penjualan bibit omzetnya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Pembudidaya kemiri lainnya adalah Asep, asal Garut, Jawa Barat. Dia sudah membudidayakan tanaman kemiri sejak tahun 2010. Asep membudidayakannya di atas lahan belakang pekarangan rumahnya. Dia mengatakan ada sekitar 40 pohon sampai 50 pohon kemiri yang dia miliki.
Masa panen pada bulan Oktober dan November. Lantaran lahannya tidak terlampau luas, biasanya Asep memanen biji kemiri sekitar 100 kilogram (kg) tiap kali panen. Hasil panennya dijual langsung ke pasar sekitar Garut dan kota-kota terdekat area tempat tinggalnya. Harga jual berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per kg. Rata-rata omzet yang didapat Asep tiap kali panen mencapai Rp 1 juta. Izza Mazidah (*)
Sumber : Koran Kontan, Halaman : 17
Tanggal : 2 Desember 2014