Surabaya – Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur (Divre Jatim) mematok target pendapatan tahun ini sebesar Rp 1,9 triliun. Target itu naik 90% dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 1 triliun. Untuk mencapai target itu, perusahaan pelat merah tersebut berupaya mendongkrak penjualan kayu tahun ini menjadi 400 ribu meter kubik dari 2014 yang hanya 390 ribu meter kubik. Sekretaris Divisi Perum Perhutani Divre Jatim H Yahya Amin mengatakan, berbagai strategi telah dicanangkan untuk mencapai target tersebut, di antaranya dengan menggenjot usaha kayu.
Perum Perhutani Divre Jatim akan meningkatkan penjualan kayu, baik kayu jati maupun kayu rimba. Tahun ini, penjualan kayu ditargetkan meningkat menjadi 400 ribu meter kubik dengan luas lahan 1,1 juta hektare (ha) dari tahun ini 390 ribu meter kubik. “Selain dari usaha kayu, target pendapatan tahun ini akan dicapai dari usaha nonkayu, yang dalam beberapa tahun terakhir kontribusinya terus mengalami peningkatan. Kami berharap usaha nonkayu bisa menyumbang 55-60% dan usaha kayu 40%,” ungkap Yahya di Surabaya, akhir pekan lalu. Saat ini, kata dia, usaha nonkayu yang dijalankan Perum Perhutani Divre Jatim meliputi getah pinus, kayu putih, wisata, perkebunan kopi, dan air minum dalam kemasan (AMDK).
“Dulu, usaha nonkayu kontribusinya kalah dibandingkan dengan usaha kayu. Tapi sejak 2012, kami genjot sehingga kontribusinya menjadi lebih besar lagi. Bahkan, di masa mendatang kontribusinya ditargetkan bisa lebih besar lagi hingga 70% terhadap total pendapatan,” kata Yahya. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya sudah merencanakan berbagai program pengembangan usaha nonkayu. Salah satunya adalah pengembangan lahan tanaman kayu putih di Ponorogo, Mojoker to, Tuban, Pasuruan, Nganjuk, dan Madura, seluas 10 ribu ha guna meningkatkan produksi daun kayu putih. Saat ini, dari luas lahan lahan 10 ha, produksi daun putih per tahun mencapai 18.538 ton yang semuanya diserap industri di dalam negeri. “Dalam lima tahun kedepan, kami targetkan luas tanaman kayu putih bisa mencapai 30 ribu ha,” terang Yahya.
Seiring dengan penambahan luas lahan tanaman kayu putih itu, Perum Perhutani Divre Jatim juga berencana menambah kapasitas produksi kayu putih dengan mendirikan pabrik baru di Ponorogo dan Pasuruan. Di sisi lain, untuk memperkuat bisnis perusahaan, juga akan dikembangkan usaha lain dengan memanfaatkan aset potensial yang dimiliki Perhutani di beberapa daerah seperti di Banyuwangi dan Tuban untuk penambangan. “Kedepan, dengan aset yang ada kami ingin memanfaatkannya sebagai satu usaha. Jadi, kalau dulu aset Perhutani dipakai orang lain untuk usaha dengan pola tukar guling, sekarang kami ingin dari aset itu menjadi saham,” kata dia. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar memanfaatkan lahan-lahan milik BUMN itu bagi peningkatan produktivitas pangan, khususnya komoditas padi dan jagung.
Kebijakan itu ditempuh untuk mendukung program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan nasional pada 2018 mendatang. “Baru saja kami mempresentasikan kepada Bapak Presiden tentang optimalisasi lahanlahan Perhutani, terutama dalam meningkatkan produktivitas pangan, terutama padi dan jagung,” kata Mustoha di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/3). Penjelasan itu disampaikan Mustoha, Presiden Jokowi juga mendengar penjelasan dari sejumlah akademisi Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta tentang pemanfaatan lahan Perhutani untuk tanaman jagung dan padi. Mustoha menuturkan, selama ini Perhutani hanya memanfaatkan lahan di sela tanaman jati dengan tanaman tumpang sari. Namun, saat ini, lahan yang tersedia akan digunakan untuk menanam padi dan jagung. “Perhutani banyak menanam pohon jati dan di sela-selanya ada sistem tumpang sari. Kami juga telah menyiapkan zona adaptif, jadi jarak tanam kami lebarkan sehingga para petani hutan bisa menanam secara multiyears,” katanya. (ros/nov)
Sumber : Investor Daily, hal. 7
Tanggal : 16 Maret 2015