GUNDIH, PERHUTANI (1/5) | Nama Cindelaras tidak bisa lepas dari sejarah kerajaan di tanah jawa yang dibalut dengan cerita rakyat atau disebut legenda yaitu perjalanan hidup putra seorang raja Jenggala yang bernama Cindelaras. Hutan Cindelaras berada di hutan pt. 87 RPH Ngroto, BKPH Gundih, KPH Gundih. Atau masuk Dusun Harjowinangun, Kelurahan Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan.
Kalau ditempuh dari kota purwodadi melalui jalur selatan kearah kota Solo hanya sekitar 15 km.
Dari jalan raya masuk kelokasi kurang lebih berjarak 3 km, dengan jalan yang aspalnya sudah mengelupas tapi masih bisa dilalui kendaraan umum baik sepeda motor maupun mobil. Sebelum masuk kelokasi, pengunjung akan melihat pemandangan yang unik yaitu adanya pepohonan dipuncak perbukitan Cindelaras yang apabila dilihat dari kejauhan nampak seperti bentuk ayam jago.
Menurut penuturan juru kunci mbah Rusmin tempat tersebut bahwa legenda Cindelaras itu benar dan sesuai dengan kondisi yang ada disekitar lokasi hutan cindelaras, hal itu dibuktikan dengan adanya suatu tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar dengan sebutan tempat petilasan Cindelaras, dimana dahulu sering terdengar suara tangis bayi dimalam hari dan suara kokok ayam pada saat fajar mulai tiba, disamping itu dilokasi tersebut banyak juga ditemukan benda-benda pusaka peninggalan sejarah yang sekarang tersimpan rapi dirumah juru kunci tempat tersebut.
Bahkan sampai sekarang pada saat malam jum’at atau malam-malam tertentu tempat tersebut telah sering dikunjungi oleh para kerabat keraton Surakarta Hadiningrat. Masyarakat sekitar juga memanfaatkan tempat tersebut untuk melakukan meditasi memohon kepada Yang Kuasa untuk meraih cita-citanya. tidak jauh dari tempat tersebut ada juga sendang pengilon yang masih ada kaitanya dengan petilasan Cindelaras.
Raden Putra adalah seorang Raja di kerajaan Jenggala, beliau mempunyai dua orang istri yang selalu setia mendampinginya. Namun siapa sangka kalau Istri muda Raden Putra ternyata punya rasa iri kepada istri tua atau permaisuri bahwa dialah yang yang sebenarnya lebih layak menjadi sang permaisuri, kemudian Istri muda mencari cara supaya bisa mengambil alih posisi sebagai permaisuri Raden Putra, selanjutnya ia bekerja sama dengan orang pintar atau dukun untuk mejatuhkan istri tua dari posisi permaisuri. Istri muda berpura-pura jatuh sakit.
Mengetahui istri muda jatuh sakit, Raden Putra mencari orang pintar yang dapat menyembuhkan penyakit istri muda. Orang pintar yang dicari pun tiba di Istana, orang tersebut rupanya orang yang disuruh oleh istri muda untuk membuat kebohongan tentang penyebab pernyakit yang diderita istri muda. sang dukun mengatakan bahwa istri muda sakit karena tidak disukai oleh seseorang yang berada didalam lingkungan istana, dan orang itu meracuni makanan istri muda.
Sedangkan orang yang dimaksud adalah istri tua atau Permaisuri Raden Putra sendiri. Mengetahui hal itu Raden Putra marah dan menyuruh patih untuk membawa permaisuri yang sedang hamil ke hutan kemudian membunuhnya.
Namun, patih percaya dan berkeyakinan bahwa permaisuri tidak melakukan hal itu dan ia juga tahu kelicikan dari istri muda. Patih tidak membunuh sang permaisuri melainkan melepaskannya di hutan begitu saja dan sambil berpesan agar sang permaisuri bisa mempertahankan hidup di hutan.
Permaisuri pun berterima kasih atas kebaikan hati patih dan ia pun bertahan hidup di hutan. Suatu hari sang permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki ditengah hutan, dan diberi nama Cindelaras. Ia adalah anak laki-laki yang cerdas dan pandai bergaul. Ia berteman dengan para penghuni hutan.
Suatu hari Cindelaras sedang bermain di hutan, tiba-tiba ada seekor Elang menjatuhkan telurnya, Telur itu pecah dan keluarlah seekor ayam dengan suara yang aneh. Anak ayam itu mengatakan bahwa Cindelaras adalah anak Raden Putra.
Cindelaras menceritakan kejadian tersebut pada ibunya. namun, ibunya mengatakan bahwa Cindelaras adalah orang biasa dan bukan keturunan raja Ia berusaha mencegah agar Cindelaras tidak mengetahui hal itu. Namun, akhirnya ibu memberitahu kebenaran tersebut kepada Cindelaras. Cinderalas pun berniat untuk berangkat ke kerajaan Jenggala. Di tengah perjalanan, Cindelaras bertemu dengan orang-orang yang sedang menyaksikan Sabung ayam, Cindelaras menantang para pemilik ayam yang sedang bertaruh di sana dan mereka menerima tantang Cindelaras.
Rupanya tidak satu pun ayam yang bisa mengalahkan ayam Cindelaras. Ayam Cindelaras pun terkenal sebagai ayam yang tidak terkalahkan. Berita ini terdengar sampai ke Istana Raden Putra. Raden Putra mengundang Cinderlaras untuk datang ke istana serta menantang ayam Cindelaras.
Raden Putra bertaruh bahwa jika ayamnya kalah maka ia akan menyerahkan seluruh harta kekayaannya. Akan tetapi, jika ayam Cindelaras yang kalah maka Cindelaras harus rela kepalanya dipenggal.
Cindelaras pun menyetujui hal itu. Pertarungan antara ayam Cindelaras dan ayam Raden Putra pun berlangsung. Dalam waktu singkat ayam Cindelaras pun memenangkan pertarungan tersebut. Ayam itu kemudian mengeluarkan suara aneh yang mengatakan bahwa Cindelaras adalah anak dari Raden Putra.
Raden Putra pun kaget mendengar suara itu. Raden Putra bertanya kepada Cindelaras, dan Cindelaras membenarkan hal itu. Tidak lama kemudian, istri tua Raden Putra datang dan menjelaskan bahwa cindelaras adalah anak Raden Putra sendiri.
Sang patihpun ikut menjelaskan bahwa dia memang sengaja tidak membunuh sang permaisuri tapi hanya ditinggal ditengah hutan sebab ia tahu bahwa permaisuri adalah orang yang baik hati dan tidak mungkin melakukan hal seperti yang dituduhkan kepadanya.
Raden Putra pun menyesal atas keputusan yang telah ia buat. Ia pun menghukum istri muda serta dukun yang memfitnah istri tua Raden Putra.
Diatas telah diceritakan sekilas tentang Legenda Cindelaras yang ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat tanah jawa. Namun kini yang jadi pertanyaan benarkah Cindelaras yang ada dihutan Perhutani Gundih itu Cindelaras yang sesuai dengan legenda tersebut, mengapa ada dihutan Kph Gundih, padahal kerajaan Jenggala ada di Jawa Timur ?
Biarlah para ahli sejarah yang meneliti tentang kebenaranya, mari kita lihat hutan Cindelaras di Perhutani Gundih dengan segala isinya.(Kom-PHT/Gdh/Totok S)
Editor : Dadang K Rizal
Copyright ©2015