bisnis.com – Pabrik Sagu Perum Perhutani di Sorong Selatan, Papua Barat menelan investasi senilai Rp150 miliar.
Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan pabrik ini ditargetkan akan memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp100 miliar per tahun kepada perusahaan pelat merah itu.
“Pabrik ini juga akan menjadi pemacu penggerak perekonomian wilayah Sorong Selatan,” ujarnya Jumat (1/1).
Mustoha menjelaskan, pabrik yang berlokasi di Ditrik Kais, Sorong Selatan ini nantinya akan membeli batang pohon sagu dari masyarakat seharga Rp9.000 per tual. Satu tual setara dengan satu meter batang sagu.
“Harga tersebut tergantung kualitas pohon sagu atau berdasarkan kesepakatan kerja sama melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Busiro,” katanya. LMDH Busiro adalah kelompok masyarkat Kais yang bekerja sama dengan Perum Perhutani.
Lembaga masyarakat ini nantinya akan menjembatani proses bisnis ekonomi dan sosial antara warga masyarakat dengan pabrik sagu.
Pembangunan pabrik sagu ini telah dimulai sejak 2013 dan telah dinyatakan selesai pada Desember 2015. Selama Januari hingga Maret tahun ini, akan dilakukan commisioning di pabrik sebelum pabrik beroperasi penuh.
Saat ini, pasokan listrik di pabrik masih berasal dari dua buah genset dengan kapasitas 1.000 kVa dan 800 kVa. Kebutuhan solar untuk kedua genset tersebut adalah 9.000 liter per hari.
Hasil sagu olahan Pabrik Sagu Perum Perhutani akan dipasarkan ke wilayah Papua, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Medan. Tak hanya itu, Perum Perhutani juga menyasar pasar luar negeri di antaranya Jepang, Korea, Thailand, dan China.
“Saya berharap pembangunan pabrik ini nantinya didukung juga sinergi BUMN lainnya. Karena kami dan msyarakat Kais perlu didukung listrik, Depo BBM, klinik, sarana pendidikan, kantor pos dan perbankan,” ungkap Mustoha.
Salah satu warga Distrik Kais Leo Kabara (80 tahun) menyambut baik adanya pabrik ini. Leo yang sehari-hari bekerja mencari sagu, mengolah, dan menjualnya mengatakan keberadaan pabrik dapat membantu perekonomian masyarakat.
Pasalnya, jika harus menjual langsung ke ibukota kabupaten, biaya pengangkutannya cukup mahal.
“Kalau sudah ada pabrik di sini, selain mengolah sendiri, kita bisa langsung jual batang sagu ke pabrik,” katanya.
Masyarakat Kais biasanya menjual tepung sagu seharga Rp100.000 per karung. Satu batang pohon sagu bisa menghasilkan sekitar 9-12 karung tepung sagu.
Berdasarkan kebutuhan tual sagu di pabrik, setiap keluarga di wilayah Distrik Kais akan menebang rata-rata dua pohon sagu atau 20 tual setiap hari. Dengan demikian setiap harinya ada 300 keluarga yang terlibat dalam penyediaan bahan baku di pabrik sagu.
Sumber : bisnis.com
Tanggal : 2 Januari 2016