Pengelola Sub Terminal Agribisnis Soropadan Temanggung, belum memfungsikan seluruh ruang pendingin (cold storage) yang ada di tempat itu, karena masih kecilnya produk hortikultura yang di ekspor. ”Baru satu ruang pendingin yang difungsikan, empat di antaranya belum difungsikan, namun dipastikan dalam kondisi bagus. Perawatan terus dilakukan,” kata Koordinator Agrocenter Soropadan Arif Dwi Wahyono, kemarin.
Dikemukakan, ekspor perdana produk hortikultura dari Jawa Tengah dilakukan Gubernur Bibit Waluyo, Kamis (23/2) dengan tujuan Singapura. Produk tersebut berupa pepaya, cabai, buncis dan salak dengan jumlah 3 ton. Ditarget mulai Juni ekspor hortikultura mencapai 60 ton perbulan, sehingga seluruh ruang pendingin yang mampu menampung sekitar 15 ton akan difungsikan secara optimal. Saat ini ekspor dilakukan dua kali satu minggu, yakni Rabu dan Minggu. “Fungsi ruang pendingin untuk menyimpan produk yang masuk sebelum diekspor sehingga kualitasnya bertahan atau tidak rusak,” katanya, Selasa (28/2).
Diakui sejak diresmikan Gubernur Jawa Tengah H Mardiyanto pada 23 Februari 2007, ruang pendingin tidak dimanfaatkan optimal, kala itu ada di bawah Dinas Perdagangan. Dengan diserahkan pada Dinas Pertanian, lantas difungsikan, sehingga tidak mangkrak. “Perawatan mesin saat di bawah Dinas Perdagangan tetap dilakukan kondisi juga prima,” katanya.
Staf Agronomi PT Bhumi Sari Lestari, Yudi mengatakan hortikultura yang masuk ke Soropadan langsung di sortir dan dimasukkan ke mesin pendingin. “Rabu dan Minggu, produk dikeluarkan untuk dikirim ke negara tujuan, yang di antaranya Singapura, Hongkong dan Dubai,” katanya.
Sementara di Kabupaten Magelang, distribusi hasil panen holtikultura yang banyak dihasilkan di sekitar lereng Gunung Merapi, Merbabu, Telomoyo dan Gunung Sumbing di wilayah ini, tidak tergantung mesin pendingin. Pasalnya, petani langsung menjualnya ke pedagang atau pengepul yang datang dari sejumlah daerah seperti Yogyakarta, Semarang, Jakarta bahkan Kalimantan.
“Mereka umumnya langsung datang ke sini beberapa hari sekali. Setiap datang, membawa satu hingga beberapa truk sayuran untuk dijual kembali kedaerahnya. Biasanya, mereka pilih sayuran yang masih segar. Jadi tidak membutuhkan mesin pendingin,” kata Sudiyono, Kepala Sub Triminal Agrobisnis (STA) Sewukan Kecamatan Dukun.
Sementara itu, sedikitnya 2.000 ton gondorukem diekspor PT Perhutani Unit I Jawa Tengah ke China sebagai langkah pengembangan industri non-kayu yang dikelola. “Pengiriman itu merupakan ekspor pertama kali pada 2012 ini,” kata Kepala Perum Perhutani Unit I Jateng Teguh Hadi Siswanto. Kegiatan ekspor perdana gondorukem itu, akan ditindak lanjuti dengan mengekspor sampai 8.000 ton gondorukem ke China sampai Juni 2012 mendatang.
Gondorukem tersebut dihasilkan dari empat pabrik yang ada di Jateng. Luas lahan tanaman pinus penghasil gondorukem di Jateng saat ini mencapai 239 ribu hektare dan diperkirakan bisa menghasilkan sampai 50 ribu ton gondorukem setiap tahun, seperti pada 2011 lalu. Ditanya nilai ekspor gondorukem, ia menyebutkan sekitar Rp 668 miliar yang 70 persen berasal dari penjualan luar negeri dan 30 persennya dari produsen dalam negeri. Selama ini gondorukem yang dihasilkan telah dikirim ke sejumlah negara, seperti China, Taiwan, India, Belanda, Pakistan, Amerika, dan Jepang. (Osy/Bag/Bdi)-g
Kedaulatan Rakyat:: 29 Februari 2012