Tahun ini Kabupaten Purworejo menargetkan setiap bulan akan memproduksi 6.000 liter biodiesel nyamplung. Biodiesel yang dihasilkan dari tanaman nyamplung (Calophyllum inophyllum L) ini kelak dipasarkan kepada masyarakat luas sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar.
Kepala Bidang Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo Argo Prasetyo mengemukakan, target produksi tersebut dapat tercapai dari hasil panen 100 hektar tanaman nyamplung dari lahan milik Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan dan 50 hektar tanaman nyamplung dari hutan rakyat. Jumlah tanaman dari areal tersebut berkisar 130.000 batang.
”Agar produksi benar-benar optimal dan target produksi dapat tercapai, kami pun terus berupaya menambah jumlah tanaman,” kata Argo, Senin (5/3/2012) di Purworejo. Satu batang pohon nyamplung yang berusia enam hingga tujuh tahun bisa menghasilkan 12 kg minyak nyamplung, sedangkan yang berusia di atas 10 tahun bisa menghasilkan sedikitnya 100 kg per batang. Umur pohon nyamplung yang ditanam di lahan Perhutani dan hutan rakyat cukup bervariasi, sebagian ada yang berusia enam hingga tujuh tahun dan sebagian lainnya bahkan ada yang berusia tua hingga 30 tahun.
Produksi biodiesel nyamplung, menurut Argo, akan dimulai bulan ini di unit pengolah biodiesel nyamplung yang berada di Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag. Sebelumnya, unit pengolah biodiesel nyamplung yang didirikan Kementerian Kehutanan pada tahun 2009 ini tidak beroperasi selama tiga tahun. Belakangan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu Opak, Pemerintah Kabupaten Purworejo, Perhutani KPH Kedu Selatan, bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM) Relung dan CV Cahaya Khatulistiwa merevitalisasi pabrik dan akhirnya memulai kembali produksi biodiesel nyamplung pada tahun 2012 dengan produksi awal sekitar 1.000 liter.
Biodiesel nyamplung tersebut akan dijual dengan harga Rp 8.500 hingga Rp 9.000 per liter. Selama tiga hingga enam bulan pertama, seluruh minyak nyamplung yang dihasilkan akan dibeli oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan. Setelah itu akan didistribusikan ke pasaran umum.
Senin (5/3/2012), Pemerintah Kabupaten Purworejo bersama dengan Perhutani dan Balai Pengelolaan DAS Serayu Opak Progo melakukan road test, menguji coba tiga mobil berbahan bakar biodiesel nyamplung di jalan. Uji coba tersebut akan menempuh jarak 750 kilometer dari Purworejo menuju Kebumen-Cilacap-Wonosobo-Temanggung-Semarang-Yogyakarta yang akan berakhir Rabu (7/3/2012).
Dari uji coba yang telah berlangsung selama setengah hari, Argo mengatakan, bahan bakar nyamplung terbukti lebih irit dibanding solar. Jika biasanya satu liter solar dapat dipakai untuk menempuh 10 kilometer perjalanan, satu liter biodiesel nyamplung dapat menempuh 12 kilometer perjalanan. Selain itu, biodiesel nyamplung yang berwarna lebih jernih, berdasarkan sejumlah referensi, dapat membuat proses pembakaran dalam mesin berlangsung lebih baik.
Bupati Purworejo Mahsun Zain mengatakan, jika dari road test ini diketahui bahwa biodiesel nyamplung lebih baik dibandingkan solar, dia pun akan berinisiatif memakai biodiesel nyamplung sebagai bahan bakar untuk di perusahaan daerah, seperti PDAM.
Regina Rukmorini | Nasru Alam Aziz |
Kompas.com :: Senin, 5 Maret 2012 / 21:22 WIB