Pemerintah mencatatkan dari 141 Badan Usaha Milik Negara terdapat 118 BUMN yang membukukan laba sekitar 123,502 triliun, sementara 23 BUMN masih rugi dengan nilai Rp3,236 triliun.
Menurut Wakil Menteri BUMN Mahmuddin Yasin, dari 118 BUMN terdapat 61 BUMN membukukan laba sekitar Rp114,82 triliun, terdiri atas 16 BUMN terbuka (Tbk) dengan laba sekitar Rp64,563 triliun dan 45 BUMN non Tbk dengan laba Rp50,257 triliun.
Dari laba 45 BUMN non Tbk ini, penyumbang terbesar adalah Pertamina Persero dan PLN Persero dengan total laba mencapai Rp32,743 triliun, katanya di Jakarta, Kamis.
Selain 61 BUMN, terdapat 10 BUMN yang termasuk dalam kondisi tertentu, namun berhasil mencatatkan laba Rp4,259 triliun. Adapun 10 BUMN kondisi tertentu ini adalah PT Askes Persero, PT Taspen, PT Jamsostek, PT Asuransi ABRI, Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II, Perum Perhutani, PT Inhutani I, PT Inhutani IV, dan PT Inhutani V.
Selanjutnya, terdapat 24 BUMN termasuk kondisi sulit dengan capaian laba sebesar Rp1,468 triliun. Adapun 24 BUMN itu adalah PT Perikanan Nusantara, Perum Prasarana Perikanan Samudra, PT PP Berdikari, Perum LKBN ANTARA, Perum Percetakan Negara Indonesia, PT Industri Sandang Nusantara, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, PT ASDP, PT KAI, dan PT Pos Indonesia.
Kemudian, PT Hutama Karya, PT Istaka Karya, PT Nindya Karya, Perum Pembangunan Perumahan Nasional, PT Bina Karya, PT Virama Karya, PT Yodya Karya, PT Indra Karya, PT Hotel Indonesia Natour, PT TWC Borobudur, PT Asurnasi Jiwaraya, PT Varuna Tirta Prakasya, PT Industri Kereta Api, dan PT Balai Pustaka.
Sedangkan 23 BUMN akumulasi rugi, namun pada 2011 mencatatkan laba dengan total Rp2,955 triliun. Mereka adalah PT Garuda Indonesia, PT PANN Multi Finance, PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Pelni, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta, PT Jamkrindo, PT Barata Indonesia.
Berikutnya adalah PT Askrindo, PT Perkebunan Nusantara II, PT Pindad, PT Indofarma, PT Garam, PT Reasuransi Umum Indonesia, PT Primissima, PT Varuna Tirta Prakasya, PT Indah Karya, PT Sarana Karya, PT Perum Damri, PT Brantas Abipraya, PT Amarta Karya, dan Perum Bulog.
Adapun 23 BUMN yang masih rugi antara lain PT PAL Indonesia, PT Merpati Nusantara Airlines, PT Dirgantara Indonesia, PT PT Danareksa, PT Bahana PUI, PT Perkebunan Nusatara XIV, PT Kertas Leces, PT KKA, PT Djakarta Lloyd, PT Inhutani, PT Industri Soda Indonesia, PT Semen Kupang, dan PTPN XI.
Selain itu, PT Konversi Energi Abadi, PT Industri Gelas, PT Batan Teknologi, PT Survai Udara Penas, PT Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Perum Produksi Film Negara, PT Industri Kapal Indonesia, PT Pradnya Paramita, dan PT Inhutani III. “Untuk 10 BUMN kondisi tertentu, 24 BUMN kondisi sulit, serta 23 BUMN rugi tidak akan membagikan dividen,” kata Yasin. (T.KR-TRT/K005)
Editor: Ruslan Burhani
Antaranews.com :: Kamis, 29 Maret 2012 / 20:17 WIB