BISNISINDONESIA (18/11/2016) | PT Inhutani V (Persero), perusahaan milik negara yang bergerak di sektor hutantanaman industri, berancang-ancang untuk menggarap bisnis minyak sawit mentah dengan menjadi perusahaan perantara atau trader di pasar domestik dan mancanegara.
Direktur Utama Inhutani V Endro Siswoko mengatakan, kegiatan perdagangan merupakan salah satu portofolio bisnis perusahaan pelat merah itu. Karena itu, sejumlah produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) telah mengajukan tawaran untuk menjual produk mereka.
“Banyak yang menawarkan, ada dari Sumatra Utara, ada dari Jambi. Sekarang kami seleksi [tawaran] mana yang untung, mana yang risikonya paling kecil dan citranya bagus,” katanya kepada Bisnis di Jakarta beberapa waktu lalu.
Bila tawaran diterima, CPO bukan menjadi komoditas pertama yang diperdagangkan oleh Inhutani V. Sebelumnya, perusahaan itu mendistribusikan komoditas gon-dorukem (getah dari pinus) yang diproduksi induk usahanya. Perum Perhutani. Inhutani V juga siap-siap menjual kayu jabon dari sesama anak Perhutani yakni PT BUMN Hijau Leslari.
“Bahkan ada juga yang menawarkan kopi. Jual air kemasan juga. Pokoknya apapun akan kami garaplah.” ujar Endro.
Sampai saat ini, gondorukem yang dijual Inhutani V sebanyak 2.000 ton, yang mana 500 ton diekspor ke Korea Selatan. Pengalaman perdagangan dalam dan luar negeri itulah yang akan dipakai untuk berbisnis CPO.
Inhutani V memegang konsesi hutan tanaman industri seluas 56.000 hektare (ha) di Lampung dan16.730 ha di Bangka. Perusahaan itu sempat memiliki saham minoritas di empat perusahaan patungan, tetapi kini telah dijual.
Dari divestasi itu, porsi dana yang dikantongi Inhutani V sebesar Rp68 miliar. Berdasarkan Laporan Tahunan Perhutani 2015, Inhutani V memiliki kas dalam bentuk deposito Rp225 miliar, terbesar dibandingkan anak usaha Perhutani lainnya.
Endro mengatakan, kas itulah yang dipakai untuk membiayai kegiatan di bidang perdagangan. Alih-alih diendapkan di bank, dia menilai, uang kas dapat digunakan untuk melakukan kegiatan bisnis yang menguntungkan.
“Kalau saya simpan di bank, bunga deposito cuma 6%-7%. Kalau saya putar untuk trading, dapat margin 1% saja, kalau putarannya cepat jauh di atas [bunga deposito],” katanya.inhutani V saat ini menjadikan skema kemitraan hutan tanaman industri (HTI) sebagai bisnis intinya. Dari 56.000 ha konsesi di Lampung, sekitar 24.800 ha bekas konflik telah dikerjasamakan dengan warga untuk kegiatan agroforestri.
Sumber : Bisnis Indonesia, hal – 31
Tanggal : 18 November 2016