Hasil sadapan getah pinus pada sejumlah blok hutan Perum Perhutani di Kecamatan Bener Purworejo meningkat. Mulai datangnya musim kemarau membuat getah yang keluar tidak bercampur air.
Jumlah sadapan yang disetorkan penyadap di tempat penampungan getah (TPG) meningkat hingga 50 persen dibadingkan musim hujan. “Kalau musim hujan paling bisa setor dua pikul getah atau beratnya sekitar 25 kilogram. Sebulan setor getah dua kali,” ungkap Munchosiyah, penyadap getah pinus di Desa Limbangan Bener, kepada KR, Minggu (3/6).
Setiap kilogram getah dibeli Perhutani seharga Rp 2.500, atau Rp 100.000 per pikul. Penghasilan yang diperoleh penyadap juga meningkat dari Rp 400.000 menjadi Rp 600.000 perbulan.
Penyadap lain, Sajudin mengaku, setiap hari harus ke hutan agar mampu menghasilkan getah secara maksimal. Setiap hari, ia menyadap 120 batang pinus mulai pukul 08.00 hingga 12.00. Lurah Nglaris Nirman menambahkan, luas hutan pinus di desanya mencapai 45,5 hektare dengan jumlah penyadap ratusan orang. Menurutnya, warga yang tinggal di pinggir hutan tergantung pada hasil sadapan. Untuk itu, lanjutnya, warga Nglaris juga memiliki tanggung jawab untuk merawat areal hutan pinus. (Jas)-m
KEDAULATAN RAKYAT :: 4 Juni 2012, Hal. 21