GATRA.COM (3/11/2017) | Lima individu Owa Jawa (Hylobates Maloch) dilepasliarkan ke hutan lindung Gunung Malabar, Jawa Barat, Jumat (3/11). Satwa primata endemik di Pulau Jawa ini dilepas setelah melalui proses rehabilitasi selama lima hingga tujuh tahun di Javan Gibbon Center , Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Ketika populasi Owa di alam saat ini terancam karena perburuan dan perdagangan, pelepasan ini menjadi upaya nyata pada Hari Owa Internasional. Inisiatif ini dilakukan Yayasan Owa Jawa beserta mitra yakni Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Perhutani, Conservation International Indonesia, Silvery Gibbon Project dan Pertamina EP Subang asset 3 Subang Field.
Pelepasaliaran dilakukan pada dua keluarga Owa Jawa yaitu keluarga Wili-Sasa dan anaknya Jatna yang lahir di pusat rehabilitasi serta pasangan Asep-Dompu. Sebelum dilepasliarkan mereka menjalani proses habituasi selama dua bulan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar. Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan peliharaan. Pemerintah telah meminta kepada masyarakat yang memiliki, memelihara dan memperdagangkan satwa primata untuk dikembalikan secara sukarela melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
Siapapun yang melakukannya berarti melanggar hukum UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Owa jawa merupakan salah satu dari 25 satwa prioritas yang menjadi target sasaran strategis Ditjen KSDAE yang tertera pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Wiratno berharap agar kegiatan pelepasliaran ini dapat meningkatkan populasi Owa. Saat ini, tidak hanya populasi Owa Jawa beserta habitatnya di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian, namun juga populasi kecil di Jawa Tengah seperti di Pegunungan Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah. “Selain pelepasliaran, perlu juga didorong pembentukan habitat baru guna menjamin keberlangsungan hidup mereka,” kata Wiratno melalui siaran pers yang diterima Gatra, Kamis (3/11).
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan bahwa beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat Owa Jawa. Tidak hanya di Jawa Barat namun juga di sebagian di Jawa Tengah. Oleh sebab itu, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan Owa Jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Hutan lindung yang terjaga baik, dapat menyediakan air bagi daerah-daerah disekitarnya, termasuk bagi penduduk di perkotaan.
Selain perlindungan terhadap Owa Jawa, sebagai entitas bisnis, Perhutani telah membuktikan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa kepedulian kepada satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah lainnya juga telah dilakukan secara nyata. “Selain itu keberhasilan konservasi Owa Jawa maupun satwa lainnya sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat,”kata Denaldy.
Achmad Alfian Husein, selaku Exploration & New Discovery Project Director, PT. Pertamina EP mengatakan sebagai komitmen Pertamina mendukung kegiatan pelestarian alam, telah dilakukan kerjasama dengan Yayasan Owa Jawa sejak 2013. Dukungan yang dilakukan seperti pendanaan untuk program reintroduksi Owa Jawa dan penyadartahuan konservasi Owa Jawa.
Sementara itu Vice President Conservation International (CI) Indonesia Ketut Sarjana Putra mengatakan Owa Jawa merupakan spesies karismatik yang memiliki peran penting dalam merestorasi hutan secara alami. Spesies ini menyebarkan benih yang membantu menjaga kesehatan hutan yang penting sebagai penyedia makanan, air bersih, obat-obatan, mata pencaharian dan ketahanan iklim bagi masyarakat.
“Agar konservasi berhasil dilakukan, kita harus mengedukasi masyarakat luas mengenai kekayaan alam yang dimiliki dan membangun pengelolaannya. Kami di CI sangat senang dapat berkontribusi untuk kesuksesan dalam kolaborasi dengan pemerintah Indonesia dan semua mitra di program konservasi Owa Jawa dan bentang alam,” ujar Ketut
Pelepasliaran ini adalah yang kelima kalinya dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa. Sebelumnya 14 individu sudah dilepasliarkan sejak tahun 2013. Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani mengatakan upaya pengembalian Owa Jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah. Oleh sebab itu, kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan. “Hasil positif pasca Owa Jawa dilepasliarkan, ditandai adanya peristiwa kelahiran Owa Jawa di alam pada tanggal 14 januari 2017 lalu di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.”tuturnya.
Sumber : gatra.com
Tanggal : 3 November 2017