ANTARANEWS.COM (4/4/2018) | Kalangan anggota legislatif mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggandeng Perum Perhutani setempat untuk mengembangkan potensi wisata yang tersebar di sejumlah daerah.
“Ada banyak lahan milik Perhutani yang menyimpan potensi untuk dikembangkan menjadi tempat wisata, jika semua bisa dioptimalkan, maka perekonomian masyarakat sekitar akan meningkat,” kata anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah Didik Hardiana di Semarang, Rabu.
Ia menyebutkan, selama ini Perum Perhutani telah menggandeng Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk mengelola hutan dan di beberapa titik sudah ada yang dikemas menjadi objek wisata, bahkan mampu menghasilkan pendapatan bagi beberapa pihak tiap tahunnya.
Politikus PDI Perjuangan itu mencontohkan, Objek Wisata Sikunir di Kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, dan Pantai Menganti Kabupaten Kebumen.
“Kami ingin hutan tidak hanya dilindungi, tapi juga bisa dinikmati masyarakat. Bisa dikemas menjadi objek wisata yang ramah lingkungan, melindungi kearifan lokal, dan bisa dibuat wisata alam, wisata olahraga, atau apa pun sesuai potensinya,” ujarnya.
Kendati demikian, Didik mewanti-wanti agar pengembangan objek wisata yang berada di lahan milik Perum Perhutani ini tidak mengesampingkan warga setempat dan harus dilibatkan secara aktif.
“Ini yang harus `diprotect` dulu, kami sedang merancang raperda untuk melindungi warga setempat agar tidak hanya menjadi penonton,” katanya.
Harapannya, kata dia, jika potensi wisata di lahan Perum Perhutani dikembangkan, maka warga setempat juga bisa merasakannya manfaatnya.
Ia menegaskan, pemerintah jangan terlalu mengejar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata, tapi juga memperhatikan kemakmuran masyarakat di sekitar objek wisata.
“Manajemen wisata harus `didandani`, jangan melulu mengejar PAD, ekonomi warga di sekitar tempat wista juga harus ditingkatkan,” ujarnya.
Kepala Departemen Produksi, Industri, Ecotourism, dan Agroforestry Perum Perhutani Divre Jateng, Ema Ismariana, saat dihubungi terpisah menjelaskan bahwa pihaknya memang sudah punya program untuk mengemas lahan untuk dimanfaatkan menjadi objek wisata.
Semua obek wisata itu akan dikelola oleh pihak-pihak yang sudah menjalin kerja sama dengan Perum Perhutani, salah satunya adalah LMDH.
“Mereka mengelola untuk pengembangan tempat wisata, yang kami kelola hanya tiket masuk saja seperti di Wanawisata Pantai Menganti Kebumen, di sana pendapatan LMDH-nya bisa mencapai Rp5 miliar per tahun, tapi kami hanya dapat 30 persennya saja,” katanya.
Pengelolaan tempat wisata, lanjutnya, juga harus memenuhi standar yang ditentukan Perum Perhutani seperti harus ada tempat ibadah, tempat mandi cuci kakus (MCK), fasilitas penunjang, dan sarana prasarana lainnya.
“Kami juga tidak bisa menerima investor begitu saja. Jika nilai kontraknya di bawah dua tahun, kami di Divre Jateng masih bisa menangani, tapi kalau kontraknya antara 2-5 tahun, dipasrahkan ke pusat, sedangkan jika lebih dari lima tahun, akan ditarik ke Kementerian,” ujarnya.
Ema mengaku dalam waktu dekat ini pihaknya sedang merancang agar tempat wisata di lahan Perum Perhutani menjadi lebih profesional, seperti memperbaiki sarana prasarana yang ada, mengubah sistem tiket konvensional menjadi tiket elektronik, hingga menggandeng Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jateng untuk memberi pendampingan warga sekitar mengenai cara memperlakukan wisatawan.
Sumber : antaranews.com
Tanggal : 4 April 2018