SEMARANGPOS.COM (01/10/2018) | Pengelola Wana Wisata Jumprit Temanggung (Wapitt), Jawa Tengah memperkenalkan kopi—dari awal proses tanam hingga pengolahan pascapanen—kepada para pengunjung melalui program Sekolah Kopi.
Pengelola Wapitt Irawan Prasetyadi mengatakan dalam kegiatan tersebut pihaknya bekerja sama dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kedu Utara. Mantan wakil bupati Temanggung ini menuturkan gagasan tersebut muncul karena potensi kopi Temanggung luar biasa, namun belum digarap secara maksimal.
Ia mengatakan di kawasan wana wisata tersebut terdapat 40 ha lahan Perhutani, 35 ha di antaranya ditanami kopi di sela tanaman pinus, sedangkan sisanya ditanami khusus kopi. Ia menyampaikan jenis kopi yang dibudidayakan di kawasan wana wisata ini adalah kopi arabika.
Menurut dia, Sekolah Kopi sudah berlangsung dalam setahun terakhir. Sejak ada program ini, jumlah pengunjung Wapitt rata-rata 5.000 orang setiap pekan. Sebelum ada Sekolah Kopi, katanya rata-rata pengunjung di bawah 1.000 orang setiap pekan.
“Bagi pengunjung yang tidak mau belajar kopi, bisa jalan-jalan sambil melihat kebun kopi atau menikmati kopi di gunung sembari menikmati pertunjukan musik dan out bond,” katanya di Temanggung, Jateng, Minggu (30/9/2018).
Ia menyebutkan peminat sekolah kopi datang dari berbagai kota, antara lain Medan, Jogja, Jakarta, dan Bali. Paling sering datang untuk belajar kopi adalah siswa SMA di Temanggung. Mereka datang setiap pekan setelah belajar.
“Bagi kelompok tani yang mau belajar ke sini difasilitasi gratis. Bahkan saya siap mencarikan `buyer` dan membantu pemasaran kopi yang dihasilkan petani Temanggung,” katanya.
Ia mengatakan dalam menyambut Hari Kopi Internasional pada 1 Oktober, hari ini Wapitt menyajikan 4.000 cup kopi gratis pada pengunjung.
Sumber : semarangpos.com
Tanggal : 1 Oktober 2018