Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Kedu Utara mengembangkan usaha kopi yang merupakan salah satu hasil hutan di wilayah tersebut.
Kepala Tata Usaha, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kedu Utara, Amin Priyono, di Temanggung, Senin, mengatakan, jika sebelumnya hasil perkebunan kopi yang pengelolaannya melibatkan masyarakat itu hanya dijual dalam bentuk gelondong, sekarang dijual dalam bentuk olahan.
“Selain dijual dalam bentuk biji siap sangrai, kami juga menjual dalam bentuk kopi bubuk siap saji,” katanya.
Ia mengatakan, untuk mendukung proses tersebut Perhutani mendirikan pabrik “Kopi Alas Kedoe”, di Kauman, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung.
“Jika diolah maka akan memiliki nilai ekonomi lebih. Sekarang sudah ada beberapa macam produk yang dihasilkan, yakni kopi bubuk hitam premium dan reguler. Kapasitas produksi sekitar 120 kilogram per hari atau 36 ton per tahun,” katanya.
Pengelola Pabrik Kopi Alas Kedoe, Bambang Ismanto (45), menuturkan, meskipun tergolong masih baru, kopinya sudah digemari masyarakat karena aroma dan rasanya cukup nikmat. Penjualan dalam bentuk kemasan dan curah sudah merambah beberapa kota di Jateng dan Jatim.
Ia mengatakan, proses produksi kopi dibuat dengan teliti, pemisahan biji kopi menggunakan mesin sortir dan diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, dan D. Kategori A dibuat kopi kemasan premium, sedangkan yang lain reguler.
Setelah melalui proses sortir, katanya, biji kopi dijemur hingga kadar air berkurang, lalu disangrai, digiling, disimpan dalam kurun waktu terntentu hingga keluar aroma kopinya baru dikemas sesuai ukuran.
“Kelebihan produk kami tidak menggunakan campuran apa pun, jadi murni dari biji kopi pilihan yang benar-benar masak. Perlu diketahui pula kopi di wilayah KPH Kedu Utara ini memang kualitasnya bagus, didukung topografi yang sesuai dan kesuburan tanah,” katanya. (ant/as)
Sumber : ciputranews.com
Tanggal : 8 Juli 2013