MADIUN-Persaingan bisnis di sektor kayu semakin sengit dan berat. Jika ingin bertahan, tak ada pilihan lain kecuali terus berupaya meningkatkan inovasi dan kreativitas, serta yang terpenting meningkatkan mum SDM (sumberdaya manusia) agar lebih andal dalam menyusun strategi pemasaran. Pesan itu disampaikan Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan saat menghadiri acara ulang tahun ke-52 Perum Perhutani di Madiun, Jawa Timur, kemarin, (26/3).
Dia menilai daya saing perusahaan swasta di bidang kehutanan, utamanya dari sisi bisnis jauh lebih baik ketimbang milik pemerintah. Meski kawasan hutan yang dikelola oleh pjhak swasta lebih kecil, tapi dengan kualitas bisnis pemasaran yang baik, mampu mengeruk keuntungan berlipat ganda.
Untuk itu, Zulkifli menginstruksikan BUMN sektor kehutanan mengejar ketertinggalan tersebut. Perhutani misalnya, tidak boleh lagi sekadar memiliki ahli-ahli di bidang kayukayuan, tanaman, dan lingkungan, tapi hams menggarap lebih serius lini bisnisnya.
Selain bisa dengan merekrut ahli bisnis, Perhutani bisa mengirim jajaran di tingkat manajer untuk belajar ke luar negeri seperti Jerman dan Tiongkok untuk melihat bagaimana mereka mengembangkan kayu dan industrinya. “Harus punya ahli bisnis dan jaringan perdagangan intemasional, sebab ini yang masih kurang. Jangan ahli hutan semua, harus seimbang,” tegas politisi PAN ini.
Perekonomian Indonesia yang tumbuh membanggakan dengan penambahan kelas menengah sekitar 50 juta, membuka peluang permintaan kayu dalam jumlah besar, disamping kebutuhan rekreasi wisata alam. “Kelas menengah ini butuh hiburan, mereka tidak hanya ke mal, tapi banyak yang ingin wisata alam. Nah di kawasan hutan milik Perhutani banyak obyek wisata, itu harus dikelola dengan baik,” ujarnya.
Zulkifli menambahkan, sesuai Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011-2013, pihaknya memprioritaskan kebijakan pembangunan kehutanan di Pulau Jawa yakni, meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutan serta meningkatkan efisiensi BUMN Kehutanan, dan mengembangkan industri kehutanan berbasis hutan rakyat dan peningkatan nilai tambah hasil hutan.
Dirut Perhutani Bambang Sukmananto mengungkapkan, pihaknya merevitalisasi industri produk kayu dan non kayu yang sudah ada, pembangunan industri baru berupa pabrik derivatif Gondorukem di Pemalang, Jawa Tengah. “Selain itu, membangun pabrik plywood di Kediri, pabrik minyak kayu putih, pabrik porang di Kabupaten Blora pada 2014 dan pengembangan 122 titik ekowisata yang tersebar di seluruh wilayah Perhutani,” papar dia.
Untuk mempertahankan tutupan hutan, Perhutani menanam rata-rata 200 juta pohon per tahun di Jawa-Madura, sebagian menggunakan bibit Jati Plus Perhutani (JPP) yang berdaur pendek 20-30 tahunan. Lahan-lahan miring dikonversi dengan terasering biologi menggunakan tanaman rumput-rumputan, kemandlingan dan tanaman penguat teras lainnya. (lum)
Jurnalis : LUM
Media : Indopos Hal. 3
Tanggal : 28 Maret 2013