Air dan Pembangunan Berkelanjutan

WATER and sustainable development (Air dan pembangunan berkelanjutan). Begitu sederhananya tema Hari Air Sedunia tahun ini yang jatuh 22 Maret, kemarin. Tema Hari Air Sedunia selalu pendek, lugas dan sederhana selama ini. Namun bagi kami petugas tukang ledeng mengelola dan mengalirkan air tidak sependek dan sesederhana tema-tema tersebut.

Meski air selalu bersanding dengan kehidupan kita, di sepanjang sejarah kehidupan manusia banyak pula ungkapan yang menyederhanakan dan meremehkan tata kelola air. Namun jika masalah tata kelola air itu dianggap sederhana dan remeh tentu tidak akan diperingati hari air hingga tingkat dunia. Dalam legenda pun juga tidak akan mencatat adanya dewa air atau pendekar penguasa air. Dengan datangnya musim hujan dan kebutuhan air masyarakat berangsur-angsur tercukupi. Sejak bulan kemarin kru PDAM baru bisa melakukan langkah evaluasi mendasar.

Lebih nyaman untuk berfi kir sedikit strategis terkait permasalahan yang mendera pelayanan PDAM selama ini. Saya dapat menyimpulkan bahwa selama ini kita telah terjebak pada kubangan permasalahan pelayanan yang dituntut berfi kir cepat dan melangkah dengan pendekatan tanggap darurat saja. Terpenting pelayanan ngalir dulu. Kita tidak banyak kesempatan untuk melakukan evaluasi dan berfi kir komprehensif. Karena air menjadi kebutuhan asasi dan keberadaan tidak bisa dicarikan alternatif barang pengganti sebagaimana BBM dan sumber daya listrik. Sehingga musim penghujan bukanlah menjadi waktu istirahat bagi tukang ledeng.

Namun sejak awal Februari kami terus melakukan evaluasi pelayanan secara mendasar dan ternyata menemukan banyak permasalahan. Berarti semakin kelihatan begitu banyaknya volume pekerjaan yang harus dilakukan. Masih banyaknya pula permasalahan pelayanan yang belum kita temukan penyelesaiannya. Namun sudah ditemukan kata sandinya.

Pertama: ‘nyambut gawe nyelot suwe nyelot tuwo oja nyelot rekoso’. Kedua ‘kita jangan sampai terjebak pada kubangan masalah yang sama untuk kedua kalinya’. Ketiga ‘kita harus menyelesaikan masalah by desain, bukan kita yang dikendalikan oleh masalah’. Kalimat sandi itu yang saya sampaikan pada kawan-kawan tukang ledeng.

Penyelesaian masalah yang didapat dari evaluasi mendasar tersebut kita tempuh dengan dua pendekatan hard dan soft. Pendekatan hard adalah pendekatan manajemen strategis di antaranya dengan menyusun Corporate Plan, SOP dan pemetaan GIS. Yang kedua dengan pendekatan soft adalah dengan penguatan manajemen analisis evaluasi dan operasional. Di antaranya dengan melakukan audit debit air baku dan kebutuhan beban pelayanan secara berkala, serta menghitung neraca air. Yang hard itu butuh tenaga ahli sudah mulai setelah tersusun harus dipedomani secara konsisten.

Namun yang pendekatan soft tersebut itulah yang membelalakkan mata karena menemukan semakin banyak permasalahan dan pekerjaan yang harus kita lakukan. Setidaknya butuh waktu dua tahun untuk bisa menyelesaikannya dan kita juga sudah siap selama itu pula kita akan pulang malam. Memang tidak sebanding antara permasalahan yang ada dengan waktu yang tersedia.

Sebagai upaya percepatan untuk mengurai permasalahan dan menemukan penyelesaian nya kita lakukan beberapa langkah. Bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk diklat spesifi k dan pendampingan utamanya terkait kualitas air, pengendalian air baku dan penurunan kehilangan air
Percepatan transformasi teknologi dengan study banding dan study produk teknologi terkini. Peningkatan kompetensi manajerial dan pengkaderan dengan rajin membentuk tim dan Forum Group Diskusi (FGD) tematik.

Dari forum-forum tersebut ketemu beberapa hal di antaranya, ketemu debit air di dalam kota saja 25 liter per detik yang akan kita tindak lanjuti denga study optimalisasi distribusi. Ketemu puluhan kubik air yang tersalurkan namun yang belum kita perhitungkan, misalnya air curah truk tangki, pelanggan mundur yang berurusan dengan Hipam belum dibongkar, dan masih banyak koneksi– koneksi pipa yang belum bisa diperhitungkan secara pasti debit nya. Akan ditindaklanjuti dengan penertiban dan pemasangan Water meter induk.

Namun secara umum mulai banyak kabar gembira yang memperpanjang harapan kami di tengah permasalahan yang menumpuk. Mulai dari hulu lahan catchment area sumber Trojiwo dan Waduk Gonggang tahun ini sudah tidak lagi menjadi lahan tanaman produktif masyarakat. Sehingga kedepan jaminan kontinuitas debit sumber mata air dan suplay waduk Gonggang lebih pasti. Terima kasih Perhutani atas konsistensinya.

Pekan kemarin tim Jasa Tirta I dan BBWS Solo yang membidangi ketersediaan air baku sudah verifi kasi lapangan terkait izin SIPA kami. Sehingga suplay nol liter dari waduk Gonggang kemarau tahun kemarin setidaknya tidak terulang. Kami yakin Jasa Tirta dan BBWS Solo akan mengelola suplay air baku dari Waduk Gonggang dengan konsisten, proporsional dan profesional, meski konsekuensinya beretribusi yang penting jaminan kontinuitas debitnya terjaga. Sehingga kemarau yang akan datang Magetan selatan aman tidak lagi kekeringan. Dihilir, proyek bantuan SPAM APBN dari Kementerian PU Maret ini sudah mulai dilelang.

Setidaknya Kabupaten Magetan dapat tiga titik, wilayah selatan ada pemasangan pipa transmisi dari IPA Cileng sampai dengan Joketro untuk mnyelesaikan kesulitan distribusi air di wilayah Kecamatan Parang bagian utara hingga Kecamatan Ngariboyo bagian selatan. Air minum pedesaan: Desa Kuwon dan Sumursongo, Kecamatan Karas yang selama ini belum terjangkau pelayanan air minum perpipaan insyaallah akhir tahun sudah bisa menikmati.

Wilayah utara: Kecamatan Kartoharjo dan Kecamatan Barat berkat pendampingan lahan dari aset pemkab juga bisa terlayani akhir tahun, Desa Pencol, Sukowidi, Ngelang, Jajar, Tebon dan Manjung yang selama ini kandungan kapur air sumur galinya tinggi sudah tidak perlu mengkonsumsi air minum dalam kemasan dan bisa beralih ke pelayanan PDAM yang tentu nya lebih murah. Dirgahayu Hari Air Sedunia — air dan pembangunan berkelanjutan. (*)

Sumber : Radar Madiun, hal. 30 & 31
Tanggal : 23 Maret 2015

Share:
[addtoany]