KOMPAS (9/1/2017) | Kerja sama Perum Bulog dengan Perum Perhutani untuk pengadaan perkebunan tebu dan akuisisi PT Gendhis Multi Manis dinilai positif. Dengan memiliki perkebunan tebu dan PT Gendhis Multi Manis, Perum Bulog dapat lebih memainkan peran dalam stabilisasi harga, terutama gula, dengan mengolah tebu melalui PT Gendhis Multi Manis, termasuk mengolah gula mentah (row sugar) impor.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro menuturkan, Perum Bulog dan Perum Perhutani dapat bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI dalam pembuatan atau pengelolaan perkebunan tebu. “PTPN XI dapat berperan sebagai konsultan perkebunan tebu. Dalam satu atau dua tahun. Perum Perhutani dan Perum Bulog bisa mengerjakan sendiri,” kata Wahyu, akhir pekan lalu, di Jakarta.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, pihaknya mengakuisisi PT Gendhis Multi Manis (PT GMM) dengan kepemilikan saham sebesar 70 persen dan menyiapkan lahan perkebunan tebu dengan Perum Perhutani Lahan yang disiapkan bisa mencapai 12.000 hektar.
“Penyiapan lahan tentu bertahap karena hamparannya terpisah-pisah,” kata Djarot
Ia menargetkan, pada 2017, perkebunan tebu seluas 12.000 hektar itu sudah bisa selesai dibua. Dengan mengakuisisi PT GMM dan memiliki lahan perkebunan tebu. Perum Bulog bisa memiliki pabrik gula modern.
Kapasitas PT GMM saat ini, lanjutnya, mencapai 6.000 ton tebu per hari. Meski demikian, kapasitas bisa saja ditingkatkan menjadi 10.000 ton tebu per hari. Selama ini PT GMM mendapatkan bahari baku dari tebu rakyat.
Djarot menambahkan, tahun 2016, Penun Bulog mengimpor 260.000 ton gula mentah dan digiling di pabrik gula swasta. Dengan mengakuisisi PT GMM, Bulog dapat mengolah gula mentah impor di PT GMM.
Sementara itu, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan PT Mitra Kerinci melaksanakan wiwitan petik sebagai simbol petikan teh pertama tahun 2017 di perkebunan teh Solok Selatan, Sumatera Barat.
Sumber: Kompas, hal. 18
Tanggal: 9 Januari 2017