Belum Bisa Operasi Maksimal

Indopos – Pabrik sagu yang dibangun Perum Perhutani di Sorong Selatan, Papua Barat, siap beroperasi awal 2016. Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar yang melakukan pengecekan fisik pabrik awal pekan ini menyampaikan, secara bangunan, fisik pabrik dan mesin-mesin produksi sudah dinyatakan selesai dan tinggal pembenahan kolam limbah sekitar pabrik/’Kendati belum didukung power plants dan depo BBM yang diharapkan bisa didukung BUMN lain, awal 2016, ini (pabrik) harus jalan,” kata Mustoha di Jakarta kemarin.
Menurut Mustoha, pabrik yang berlokasi di Distrik Kais ini belum dapat beroperasi secara maksima| karena pasti masih dalam tahap penyesuaian. Untuk diketahui, sagu (metroxylon sp) merupakan tanaman asli Indonesia yang menjadi sumber karbohidrat utama yang dapat digunakan untuk makanan sehat, bioethanol, gula untuk industri makanan dan minuman, pakan ternak, industri kertas, serta farmasi.
Potensi Indonesia menjadi produsen sagu terbesar di dunia dapat segera diwujudkan karena data menunjukkan bahwa tanaman sagu terluas ada di Papua dengan hamparan lebih kurang 4,5 juta’hektare (ha).
Kualitas pohon sagu raja asal Papua bisa menghasilkan sagu rata-rata 900 kilogram (kg) per batang, beda dengan pohon sagu Malaysia yang rata-rata menghasilkan tepung sagu maksimal 250 kg per batang. Petani sagu di Papua Barat seperti di Sorong Selatan secara tradisional hanya sanggup mengolah satu batang sagu selama dua minggu karena belum adanya industri pengolah.
“Dengan adanya pabrik sagu yang dibangun Perhutani atas penugasan pemerintah melalui Kementerian BUMN tersebut, tanaman sagu penduduk sekitar nantinya bisa langsung diolah dalam waktu singkat,” ucap Mustoha.
Perhutani direncanakan akan membeli batang sagu yang ditebang oleh warga pertualnya seharga Rp 10 ribu-Rp 15 ribu atau berdasarkan kesepakatan kerjasama melalui kelembagaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bosiro yang sebelumnya telah dibangun bersama antara masyarakat Kais dan Perhutani.Lembaga ini ke depan diharapkan akan mewadahi proses-proses bisnis ekonomi dan sosial antara warga dan pabrik sagu.
Mustoha menuturkan, Perhutani menerima konsesi lahan hutan sagu di Sorong Selatan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan seluas lebih kurang 15 ribu ha dan produksi tepung sagu ditargetkan bisa mencapai 100 ton per hari untuk mendukung program kedaulatan pangan nasional.
Dari total investasi sebesar Rp 112 miliar dan tenaga kerja sekitar 40 orang di pabrik dan 400 orang di lahan-lahan hutan sagu, pabrik sagu Perhutani ditargetkan memberikan sumbangsih pendapatan ke perusahaan hingga Rp 100 miliar per tahun, dan juga akan menjadi pemacu penggerak perekonomian Sorong Selatan.
Pabrik sagu yang dibangun akhir 2012 oleh PT Bharata dengan pendamping PT Indah Karya, direncanakan telah berproduksi 5O’ persen pada 2016 dan direncanakan berproduksi kapasitas penuh pada 2017.
Pada saat awal pembangunan, aksesibilitas ke Distrik Kais masih menggunakan jalan air melalui sungai dan laut dari pelabuhan sungai Teminabuan. Tetapi saat Mustoha berkunjung, sudah menggunakan jalan darat Teminabuan ke Desa Kais sepanjang 8,5 kilometer karena akses jalan telah terbuka berkat dukungan Kementerian Pekerjaan Umum.
“Sekarang dari Teminabuan ke Kais tidak perlu naik speedboad lagi, cukup melalui jalan darat karena jalan sudah tembus. Saya yakin Pabrik Sagu Perhutani di Kais ini kedepan dapat menjadi pusat penggerak perekonomian wilayah Sorong Selatan,” papar Mustoha.
Salah seorang Direktur PT Energy Management Indonesia (Persero) Ganesha Tri Chandrasa melihat adanya peluang pengembangan energi terbarukan dari proses industri sagu tersebut untuk power plant. (lum)
Sumber : Indopos, Hal. 5
Tanggal : 16 Oktober 2015