Berbisnis sambil Menjaga Lingkungan

Saat ini tidak sedikit perusahaan yang menawarkan investasi pohon dengan potensi keuntungan yang menggiurkan. tergantung jenis pohon yang ditanam. Untuk pohon jenis jabon dan sengon, misalnya, dari harga per pohon Rp40.000, dalam waktu 5-6 tahun harganya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta per pohon.

Harga pohon diprediksi mengalamikenaikan seiring dengan tingkat kebutuhan dan permintaan yang semakin bertam bah tiap tahun, sedangkan persediaan kayu jabon dan sengon alam semakin lama semakin terbatas. Perkembangan harga kayu jabon mengalami peningkatan di kis aran 5-10% pertahun.

Asumsi harga berdasarkan hitunghitungan Perhutani, tahun lalu untuk harga kayu jabon berdiameter 30-39 cm mencapai Rp1.050.000. Sedangkan yang berdiameter 40-49 cm harganya Rp1.150.000. Lalu, kayu jabon berdiameter lebih dari 50 cm harganya mencapai Rp1.250.000.

Umumnya, perusahaan yang menawarkan investasi pohon menggunakan pola kerja sama. Investor tinggal menyerahkan dana sesuai paket yang ditawarkan, perusahaan yang akan menjalankan bisnisnya. Rata-rata, sistem kerjasama yang di tawarkan adalah bagi hasil: investor akan mendapatkan keuntungan 60%, sedangkan perusahaan yang mengelola mendapatkan 40%.

Misalnya, penawaran dengan modal awal Rp80 juta, investor akan mendapatkan fasilitas sewalahan seluas 1 hektare selama 6 tahun. Ditambah 700 bibit pohonjabon. Untuk lahan seluas itu, jabon akan ditanam dengan jarak tanam 4 kali 4 meter persegi.

Dad biaya investasi awal itu juga dialokasikan untuk biaya perawatan selama 6 tahun yang termasuk pupuk, tenaga kerja, dan sebagainya. Investor akan menerima laporan setiap 6 bulan sekali berupa video, foto, dan laporan tertulis tentang perkem bangan tanaman.

Malah, ada penawaran berupa garansi kepuasan di mana perusahaan akan mengembalikan 200% dana investor apabila dia tidak puas dengan hasil panen. Di samping itu, perusahaan juga menjamin kayu jabon yang sudah dipanen nantinya pasti terjual.

Nah, dengan berbagai penawaran itu, investor dijanjikan keuntungan yang sangat menggiurkan. Asumsinya, harga kayu mengalami peningkatan 5% setiap tahun. Jika investor menanamkan modalnya sekarang, estimasi harga kayujabon pada 2019 yang berdiameter 30-39 cm bisa mencapai Rp1.365.000,- Sedangkan yang diameternya 40-49 cm harganya Rp1.495.000,- dan Rp1.575.000,- untuk kayui yang berdiamter lebih dari 50 cm.

Misalnya, pohon jabon yang tumbuh sempuma mencapai 700 pohon dengan diameter rata-rata 30-39 cm, maka investor akan mendapatkan keuntungan mencapai Rp567 juta dari modal awal Rp80 juta dalam waktu 6 tahun. Hitungannya, keuntungan 60% (dengan sistem bagi hasil) yang dimiliki investor dikalikan jumlah pohon dikalikan harga pohon pada 2019.

Tetapi, yang namanya investasi ten tu tidak luput dari kegagalan. Seandainya tingkat keberhasilan turnbuh jabon yang ditawarkan hanya 50% atau 350 batang pohon saja, maka investor masih tetap akan mendapat keuntungan Rp283,5 juta. Hitungannya, keuntungan 60% investor dikalikan 350 batang pohon dikalikan harga prediksi kayu pada 2019. Artinya, dengan tingkat kegagalan mencapai 50% saja, investor masih dapat menikmati keuntungan lebih dari 250%.

Setidaknya, hitung-hitungan itu pun diakui Direktur CV Karunia Alam Selaras Fathorrahman Radii yang menawarkan investasi pohon sengon lebih dari 20 hektare di Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Fathorrahman menjelaskan, untuk satu batang pohon sengon yang ukurannya 1 kubik bisa dijual dengan harga Rp900.000-Rp1.200.000.

“Padahal harga ketika beli bibitnya hanya Rp40.000. Jika investasinya sampai 50 hektare, berarti bisa diisi 1.000-1.200 pohon. Itu berarti kalau dijual bisa mencapai kira-kira Rp250 juta per hektare,” tutur Fathorrahman kepada KORAN SINDO, Jumat, (13/9).

Kesulitan berinvestasi di sektor kehutanan ini, kata Fathorrahman, umumnya terjadi pada satu tahun pertama perawatan pohon. Namun, jika berinvestasi di sebuah perusahaan tertentu semua perawatan sudah terjamin. “Investor hanya tinggal menunggu panen,” urai pria yang juga aktivis lingkungan tersebut.

Menariknya, di samping mencari peluang ekonomi, berinvestasi di sektor kehutanan ini juga untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menyelamatkan alam dengan cara-cara yang sederhana, tetapi menguntungkan. “Bisnis di sektor ini memberi banyak manfaat. Selain memberi keuntungan materi, masyarakat juga dapat belajar peduli terhadap alam sekitar,” kata Fathorrahman.

Strategi menjaga alam dengan cara berinvestasi pohon juga diterapkan Pertamina Foundation sejak lama. Dengan sistem Menabung Pohon, organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan dan lingkungan ini dapat membangkitkan ekonomi daerah tertinggal. “Sekaligus ini menjadi bentuk gerakan cinta alam dan sebagai investasi jangka panjang,” ungkap Direktur of Green Life Pertamina Foundation, Lendo Novo kepada KORAN SINDO, Jumat (13/9).

Salah satu daerah yang menjadi obyek Menabung Pohon adalah Desa Cinangela, Pacet, Bandung. Dengan melibatkan 36 petani dan pemilik lahan, Pertamina Foundation menanam 47.636 bibit pohon dalam 36 lot. Adapun jenis pohon yang ditanam adalah jabon dan kopi. Dapat dibayangkan jika penanaman ribuan bibit pohon ini berhasil, ekonomi masyarakat setempat akan meningkat.

Lendo mengungkapkan, sebenarnya gerakan Menabung Pohon ini tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya program penanaman kembali hutan, masyarakat akan terhindar dari bahaya kekeringan ketika kemarau dan tanah longsor.

“Secara umum, investasi pohon mulai marak sejak tiga tahun belakangan. Hal ini bertepatan dengan lahirnya moratorium dari pemerintah yang melarang adanya penebangan pohon di hutan alam,” kata Lendo.

Saat ini, prospek berinvestasi pohon mengalami perkembangan positif. Sebab, selain masih sedikit pemain yang terjun di sektor ini, Indonesia juga beriklim hutan hujan. “Belum lagi harga kayu yang tak pernah turun. Ini berbeda dengan kita mau investasi sawit atau yang lainnya,” ungkap Lendo.

Dalam berinvestasi, sebaiknya memilih pohon yang cepat panen sepertisengon, jati platinum, atau jabon. “Dalam tujuh tahun, pohon-pohon itu sudah bisa dipanen dan dijualdengan harga yang berlipat-lipat. Dan itu yang kamiajarkankepada masyarakat lewat program Menabung Pohon,” kata Lendo.

Wajar jika dalam beberapa tahun terakhir banyak perusahaan yang menawarkan investasi pohon. Faktanya, kayu adalah komoditas terbesar ketiga yang diperdagangkan di dunia setelah minyak mentah dan gas. Nilai perdagangan kayu per tahun mencapai 200 miliar euro. Di samping itu, komoditas kayu tidak terpengaruh inflasi, ketika harga turun maka investor bisa menunda masa panen.

Yang tak kalah pentingnya, deforestasi besar-besaran terjadi di dunia, hutan alam tropis kira-kira seluas lapangan bola hilang setiap hari dan mencapai total 13 juta hektare per tahun. Sehingga dengan menanam kayu, turut melakukan perubahan bagi lingkungan sembari berbisnis.

Jurnalis : Nafi’ Muthohirin
Seputar Indonesia | 16 September 2013 | Hal. 22

Share:
[addtoany]