Berharap Hutan Jabar Jadi Pemasok Beras Huma

Walau produksinya belum sebesar padi sawah, peningkatan pasokan padi huma potensial untuk dilakukan. Hanya, kepastian peningkatan segmen pasar harus ditunjang dengan ketersediaan lahan yang memadai. Pedagang besar bahkan ekspotir masih sering sulit memperoleh pasokan beras huma sesuai dengan pesanan. Peluang besar ini dapat dimanfaatkan di kawasan hutan dengan adanya saling bersinergi berbagai pihak yang berkentingan.

Potensi di antaranya muncul dari kawasan kehutanan negara. Di lahan ini pengembangan agrobisnis padi huma dapat dilakukan secara agroforestry. Upaya ini dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ataupun Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) dari Kementerian BUMN di kawasan Perum Perhutani Unit III.

Pemenuhan cadangan pangan memang bukan sekadar menjaga ketahanan pangan, juga bersifat pemenuhan keragaman pangan dan gizi secara baik, termasuk pula dalam penyediaan padi huma. Sejumlah hasil beras huma yang diusahakan para petani masyarakat desa hutan, tengah dipromosikan gencar oleh Perum Perhutani Unit III dengan membidik segmensegmen tertentu sesuai dengan kualitas, selera, harga, dan lain lain. Produksinya dilakukan secara berimbang, baik untuk persediaan pangan mandiri, dijual bebas, maupun memasok tambahan cadangan ke Perum Bulog.

Kepala Biro Rehabilitasi Pengembangan Hutan Rakyat (RUPHR) Perum Perhutani Unit III Dadang Pratikto mengatakan, untuk tahun 2012 ini, GP3K di kawasan hutan Perhutani Unit III ditargetkan 29.000an hektare. Panennya ditargetkan 145.473 ton gabah kering pungut (GKP) atau naik dari realisasi tahun 2011 sebesar 133.883 ton GKP.

“Bahkan ke depan, jika potensi pengembangan agroforestry padi huma lebih besar, hutan bukan hanya sebatas produksi kayu atau pelestari lingkungan. Hutanhutan negara di Jabar diharapkan juga menjadi ikon penyedia pasokan beras-beras berkualitas tinggi, sekaligus penjaga plasma nutfah aneka padi Jabar,” katanya. Untuk meningkatkan jalur pemasaran, kepada para petani ditawarkan untuk menjual beras humanya kepada Perhutani. Lembaga ini akan menjualnya lagi sebagai produk beras huma ke Perum Bulog atau pasar bebas.

Dadang menyebutkan, potensi pengembangan produksi dan bisnis padi huma kali ini lebih besar karena dukungan semakin banyak dari berbagai pihak terkait. Bukan hanya dari segi pasokan sarana produksi, seperti pupuk dan benih dari BUMN pangan, juga kebijakan pemerintah, bank milik pemerintah pun sudah berani membiayai sampai Rp 6,5 miliar, yang diharapkan memotivasi para petani melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan.

Pola Usaha
Kasi Perdagangan Perum Perhutani Unit III Loedy mengatakan, pengembangan bisnis beras huma dari kawasan hutan juga untuk mencoba mengubah budaya usaha petani desa hutan dari yang biasanya mengutamakan menanam, jadi mendahulukan orientasi pasar yang serba jelas.

“Kini pengusahaan beras huma lebih didorong oleh berapa ton beras huma yang dipesan pasar, jenisnya, kualitasnya, warnanya, harganya, kapan pengiriman, dll. Pola usaha tani modern seharusnya sudah dapat dilakukan para petani desa hutan, diawali dengan agroforestry beras huma,” ujarnya. Loedy ataupun Dadang Pratikto sependapat, cara ini perlu diperkuat oleh kemitraan yang lebih besar, manfaatnya pun diharapkan dirasakan para petani desa hutan. Paling tidak, panen mereka dihargai lebih baik dan dapat menekan penjualan secara ijon.

Dia mencontohkan, kemitraan sudah dilakukan melalui penggilingan, pengemasan, berikutnya dikembangkan bekerja sama dengan industri pengolahan, ritel, koperasi, grosir, rumah makan, ekspotir, dll. Bahkan, diharapkan pula didukung berbagai instansi pemerintah, yang satu sama lain saling terkait, misalnya dari dinas bidang kesehatan, perindustrian dan perdagangan, sosial, pariwisata, balai litbang, dsb.

Manfaat beras huma dapat diedukasikan kepada masyarakat umum melalui penyuluhan kesehatan, posyandu, rumah sakit, promosi produk khas daerah, dll. Misalnya, beras berwarna yang bubuk diketahui merupakan makanan yang cocok untuk bayi, begitu pula beras pecah kulit berwarna merah untuk kesehatan dan kosmetika, cara makan nasi untuk mengurangi kadar gula, dll.

Bidang perindustrian dan perdagangan pun diharapkan mampu lebih membuka akses pemasaran antarpulau dan ekspor. Bidang pariwisata dapat mempromosikan sebagai ikon dan budaya daerah. Sementara litbang pertanian memunculkan aneka varietas yang lebih baik.

“Agroforestry padi huma ini sangat diharapkan menjadi salah satu kekuatan perekonomian masyarakat desa hutan berbasis pangan. Pengaruhnya bukan hanya membantu ketahanan pangan daerah dan nasional, juga diharapkan bisa menumbuhkan kembali akar dan tradisi positif masyarakat Jabar yang sangat bermanfaat,” ujar Kepala Perum Perhutani Unit III Bambang Setiabudi. (Kodar Solihat/”PR”)***

PIKIRAN RAKYAT :: Selasa, 3 Juli 2012 HaL. 25

Share:
[addtoany]