BI Kediri Gandeng Perhutani Kembangkan Kopi Arabica

BISNIS.COM (04/11/2018) | Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kediri akan menggandeng Perhutani untuk mengembangkan tanaman kopi arabica mengantisipasi terus menaiknya konsumsi dalam negeri.

Kepala KPw BI Kediri Djoko Raharto mengatakan kerja sama itu masih dalam penjajakan. Namun petani kopi binaan BI di Tulungagung sudah berhasil menjalin kerja sama dengan Perhutani.

“Dari kerja sama petani binaan BI dengan Perhutani itu diharapkan bisa ada tautan antara BI dengan Perhutani,” ujarnya di Madiun, Sabtu (3/11/2018).

Jika kerja sama antara Perhutani dengan BI terealisasi, maka lahan kosong diantara tanaman keras yang ditanam BUMN tersebut bisa ditanami kopi.

Di sisi lain, BI nantinya diharapkan dapat membantu petani dalam proses produksi lewat program kluster kopi. Juga pelatihan pembuatan pupuk organik.

Di lahan Perhutani, menurut dia, cocok untuk ditanam kopi Arabica karena sebagian di ketinggian yang memadai, yakni diatas 900 mdpl.

Lahan Perhutani juga cocok ditanami kopi karena tanaman produksi bisa berfungsi sebagai pelindung, syarat untuk menjadikan tanaman kopi baik dari sisi kualitas maupun produksi.

Jika program itu berhasil, maka akan dapat meningkatkan pasokan kopi arabica yang jumlahnya tidak terlalu besar, namun dari sisi permintaan meningkat bersamaan dengan perubahan gaya hidup.

Permintaan kopi, terutama Arabica, selalu kurang. Kopi di petani selalu terserap pasar.

“Jika nantinya bisa diikat dengan kerja sama antara BI dengan Perhutani di Tulungagung, maka diharapkan bisa berkembang di daerah lain,” ucapnya.

Bendahara Keperasi Omah Kopi Mandiri, Kec. Sendang, Kab. Tulungagung, Kurnia Ika Kusuma mengatakan sudah ada persetujuan dari Perhutani terkait pemanfaatan lahan di kebun mereka untuk ditanam kopi.

Luas lahan yang siap ditanam mencapai 20 hektare untuk 21.000 pohon kopi. Sedangkan lahan yang berpotensi ditanami kopi mencapai ratusan hektare.

Menurut Djoko, petani kopi di Kec. Sendang, Tulungagung yang dibina BI sangat antusias setelah bibit kopi yang dibantu bank sentral tersebut ternyata tumbuh dengan baik di sana.

Petani menangkar sendiri kopi dari bantuan BI Kediri sehingga saat ini sudah tersedia 100.000 pohon.

“Untuk penanaman kopi di lahan Perhutani di Tulungagung kami bantu untuk biaya pembuatan lubangnya,” katanya.

Direktur PT Anugerah Anggrek Nusantara Zaenudin mengatakan produksi kopi nasional di 2017 mencapai 450.000 ton/tahun, sedangkan permintaan dalam negeri mencapai 250.000 ton/tahun.

Permintaan kopi selalu naik setiap tahunnya dan tahun ini diperkirakan mencapai 300.000 ton, namun dari produksi cenderung turun. Produksi kopi nasional terutama didominasi robusta, 80%m, dan sisanya Arabica.

“Sepuluh tahun yang lalu, produksi kopi mencapi 600.000 ton/tahun. Pada 2027 diperkirakan Indonesia akan impor jika produksi terus turun,” kata Zaenudin yg mantan Direktur Puslit Kopi dan Kakao Jember itu pada Pesta Kopi Rakyat di Madiun, Jumat (3/11/2018).

Pemilik Coffe Shop Amstirdam Malang Siva Raja menambahkan keunggulan kopi nasional terutama pada aspek kualitasnya. Ada ratusan kopi single origin dengan kualitas specialty.

“Penghargaan kopi single origin dari penikmatnya sangat tinggi. Kopi Arabica dari Gunung Arjuna bahkan laku Rp300.000/kg pada lelang di Bali,” ucapnya.

Zaenudin menambahkan kopi Malabar dan Patenggang Jawa Barat bahkan laku US$90/kg

Untuk menjaga kualitas kopi, kata Siva, harus diperhatikan tiga hal, yakni petik merah, prosesnya benar, dan tidak tercampur kopi cacat.

 

Sumber : bisnis.com

Tanggal : 4 November 2018