PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memberikan fasilitas pinjaman senilai Rp225 miliar kepada Perum Perhutani.
Dana tersebut dialokasikan untuk penyertaan di perusahaan modal asing (PMA) dan pembangunan dua pabrik milik perusahaan kehutanan pelat merah tersebut. Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo mengatakan,fasilitas pinjaman tersebut diberikan kepada Perum Perhutani sebagai komitmen perseroan dalam mendukung badan usaha milik negara (BUMN) kehutanan itu.
“Sekaligus dalam mendukung optimalisasi pemanfaatan potensi hutan dan perkebunan, untuk kepentingan negara dalam mendukung pembangunan nasional,” kata dia di Jakarta kemarin. Kerja sama ini juga sebagai salah satu bentuk komitmen BNI sebagai bank penyedia solusi keuangan total bagi nasabah. Dia berharap kerja sama ini dapat memberikan nilai tambah bagi Perum Perhutani dengan adanya solusi keuangan, baik dalam pengelolaan keuangan perusahaan maupun pengelolaan transaksi dengan mitra kerjanya.
Secara khusus, kerja sama ini mendukung pengembangan industri Perum Perhutani di bidang usaha furnitur berskala internasional, melalui penyertaan kepemilikan di salah satu PMA dan pembangunan tiga pabrik Perum Perhutani. Dalam kesempatan itu, juga dilakukan pencanangan (ground breaking) dimulainya penyertaan BUMN kehutanan itudiPMAindustrifurnitur,yang pabriknya berlokasi di Tegal, pembangunan industri pabrik derivat gondorukem dan terpentin di Pemalang, Jawa Tengah,serta pabrik plywood di Pare, Kediri, Jawa Timur.
Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menuturkan, total kebutuhan untuk seluruh investasi tersebut sebesar Rp700 miliar, dengan pendanaan dari perbankan sekitar 65%. “Total kebutuhan Rp700 miliar, sekitar Rp225 miliar dari BNI, sedangkan sisanya dari internal,”ungkap dia. Dari total kebutuhan tersebut, lanjut dia, yang sudah direalisasikan sekitar Rp350 miliar. Investasi tersebut adalah penyertaan dalam kepemilikan PMA industri furnitur berskala internasional, yang merupakan bagian dari grup usaha global berpusat di Belgia senilai Rp99 miliar, serta pembangunan pabrik derivat gondorukem dan terpentin di Pemalang seluas 2,5 hektare (ha) dan pabrik plywooddi Pare, Kediri seluas 8,3 ha.
Dia menjelaskan, alasan dipilihnya Pemalang sebagai lokasi pembangunan pabrik karena sumber bahan baku dan akses ke pelabuhan yang mudah.Adapun nilai investasi pabrik ini sebesar Rp208,7 miliar dengan kapasitas mencapai 25.000 ton,dan diperkirakan akan rampung pada 18 bulan mendatang. Sementara itu, alasan pembangunan pabrik Plywood di Kediri karena sumber bahan baku sengon cukup luas.Kapasitas pabrik sebesar 48.000 meter kubik log per tahun dengan output 24.000 meter kubik plywood per tahun.
Nilai investasi pabrik, yang membutuhkan waktu penyelesaian selama setahun ini, diperkirakan sebesar Rp38,3 miliar dengan payback period sekitar 3,4 tahun. Namun jika dalam 2–4 tahun menunjukkan pertumbuhan positif, kapasitasnya akan ditingkatkan dua kali lipat karena bahan baku yang tersedia melimpah.Adapun pasar utama plywood mayoritas atau sebesar 70% adalah ekspor, terutama ke Jepang, sedangkan sisanya 30% untuk pasar dalam negeri. Jika pabrik ini sudah beroperasi maka akan meningkatkan kinerja perusahaan ke depan.
Direktur Keuangan Perum Perhutani ANS Kosasih menuturkan, laba perseroan sebelum pajak tahun ini diperkirakan mencapai Rp400 miliar. Nilai ini naik dibandingkan tahun lalu Rp325 miliar. “Naiknya laba karena adanya efisiensi. Untuk tahun depan, perkiraannya laba sama karena kita banyak investasi,”tutur dia. ??jerna
Sindo/ Selasa, 20 Desember 2011/h.