BNI biayai Perhutani Rp 225 miliar

PT Bank Negara Indonesia Tbk menyalurkan kredit Rp225 miliar dengan tenor 3 tahun kepada Perum Perhutani untuk keperluan investasi, mendirikan pabrik gondorukem dan kayu lapis.

Direktur Utama Bank Negara Indonesia Gatot M. Suwondo mengatakan tenor serta kerja sama tersebut dapat terus diperpanjang sesuai dengan kebutuhan Perum Perhutani dan kajian yang dilakukan oleh perseroan.

“Kami akan melihat perkembangan bisnis mereka setiap 5 tahun, untuk me mastikan bagaimana perkembangan bisnis dan mereka akan membutuhkan dana berapa. Bisnis Perhutani memiliki prospek yang bagus dan berjangka panjang,” ungkap Gatot, seusai penandatanganan perjanjian kredit, di Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan kerja sama BNI-Perhutani tersebut tidak hanya sebatas penyaluran kredit, tetapi layanan pengelolaan keuangan terintegrasi. BNI akan memberikan manfaat berbagai kebutuhan jasa pengelolaan keuangan yang di butuhkan Perum Perhutani.

Adapun kredit tersebut akan digunakan untuk tiga hal, yaitu penyertaan dalam kepemilikan industri furnitur berskala internasional Rp70 miliar. Kedua, pendirian pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin Rp130 miliar yang akan di realisasikan di Malang. Ketiga, Rp25 miliar akan digunakan untuk pengembangan pabrik plywood di Kediri.

Sejatinya untuk pengembangan ketiga industri tersebut Perum Perhutani membutuhkan dana Rp350 miliar, tetapi Direktur Keuangan Perum Perhutani A.N.S. Kosasih menjelaskan pihaknya bersepakat bahwa pembiayaan kredit perbankan dibatasi hingga 65%, sedangkan sisanya akan menggunakan dana internal.

Gatot melanjutkan penyaluran kredit kepada Perum Perhutani merupakan bagian dari pengembangan delapan sektor unggulan BNI, terutama Agribisnis. Selanjutnya, perseroan berencana menyalurkan kredit sindikasi bagi pembangunan industrial estate di Deli Serdang.

Industrial estate yang dimaksud Gatot adalah pembangunan kawasan industri derivatif hasil produk sawit. Menurutnya BNI memang tengah berusaha menggenjot penyaluran kredit agrikultur, meski demikian penyaluran kredit kepada infrastruktur tetap yang paling tinggi.

“Kami punya ruang maksimal Rp6 triliun saat ini. Namun, tidak mungkin kami salurkan semua ke Deli Serdang. Kami masih menunggu kajian, kebutuhan dana mereka berapa baru bisa bilang mau salurkan berapa,” tegasnya.

Berdasarkan data BNI hingga September 2011 penyaluran kredit ke sektor agribisnis mencapai Rp9,93 triliun, atau mengambil porsi 15,31% dari total penyaluran kepada delapan sektor unggulan sebesar Rp64,83 triliun. Nilai itu tumbuh 6,4% dibandingkan dengan penyaluran hingga akhir tahun lalu Rp9,33 triliun.

8 Sektor
Sementara itu, penyaluran kredit tertinggi dari delapan sektor tersebut adalah kepada sektor perdagangan sebesar Rp22,9 triliun, disusul sektor kelistrikan Rp10,9 triliun serta sektor minyak gas dan pertambangan Rp10,1 triliun.

BNI dalam 5 tahun ke depan memang telah memutuskan fokus dalam mengembangkan delapan sektor bisnis unggulan sebagai sasaran ekspansi kredit dengan target pertumbuhan 20%-25% Selain agribisnis, sektor unggulan itu meliputi komunikasi, kelistrikan, perdagangan besar dan eceran, migas dan pertambangan, konstruksi, makanan minuman termasuk rokok, dan bahan kimia serta pupuk yang mencakup barang dari karet.

BNI telah mengidentifikasi potensi usaha dan industri di seluruh wilayah Indonesia sebagai bagian strategi bisnis dan juga mendukung arah pembangunan ekonomi. Industri unggulan di masing-masing daerah, mengidentifikasi mana yang mengalami pertumbuhan lebih cepat, dan membantu pemerintah daerah menyelaraskan arah pembangunan.(RIKA NOVAYANTI)

BISNIS INDONESIA :: 20 Desember 2011, Hal.5

Share:
[addtoany]