Dibandingkan daerah lainnya, wilayah utara Kabupaten Pati tergolong lebih hijau Khususnya, wilayah Kecamatan Gembong dan Tlogowungu yang berlokasi di sekita lereng Pegunungan Muria. Di kedua kecamatan ini, masih banyak terdapat hutan lindung maupun hutan produksi, seperti jati randu, dan pohon karet. Selain itu, hamparan lahan pertanian juga masih cukup luas. Kondisi lingkungan alam seperti inilah yang mendorong warga setempat membudidayakan lebah madu. Usaha tersebut juga digiatkan pihak Perum Perhutani yang mengelola kawasan hutan di Desa Regaloh, Kecamatan Tlogowungu. Dipilihnya budidaya itu, karena bunga pohon jati dan randu, merupakan sumber madu bagi lebah. Sedang padi dan jagung merupakan sumber polen (serbuk sari bunga) bagi lebah.
Sugiarto (29), mandor Unit Pelaksana Pengembangan Perlebahan (UP3) Regaloh menjelaskan, pada bulan Mei hingga Juli, biasanya lebah mencari madu pada bunga randu. Setelah memasuki Agustus hingga Oktober, mencari madu pada bunga pohon karet. Lalu bagaimana pada periode bulan September – April? Kata Sugiarto, periode itu merupakan masa paceklik. Pasalnya, pohon randu dan karet yang ada di wilayah Tlogowungu dan Gembong sedang tidak berbunga. Sehingga, lebah tak punya sumber makanan lagi dari pepohonan tersebut.
Kini lebah madu atau apis mellifera yang dibudidayakan pihaknya hanya bisa mendapatkan polen dari tanaman padi dan jagung milik petani. ”Lebah biasanya mencari polen yang ada di tanaman jagung pada pagi hari sekitar pukul 07.00-08.00. Dan, kegiatan mencari polen pada padi, menjelang siang atau sekitar pukul 11.00,” terang Sugiarto.
Tak Cukup Hanya saja, polen tidak cukup memenuhi kebutuhan pakan lebah. Sebab, serbuk sari itu bukan merupakan pakan utama. Bila tidak mendapatkan asupan madu yang cukup, lebah tak akan mampu bertahan hidup. ”Kalau musim paceklik seperti ini, biasanya peternak akan memberi lebah-lebah mereka dengan air gula. Hal ini juga yang kami lakukan. Air gula itu merupakan pengganti madu. Jika tak diberi gula, lebah akan mati karena kekurangan makanan,”terangnya.
Dalam satu wilayah pembudidayaan umumnya terdapat 130 – 140 kotak sarang lebah. Di UP3 Regaloh masih memiliki 7 rit atau sekitar 130 hingga 140 kotak sarang. Di luar masa paceklik, kemampuan produksi madu rata-rata bisa mencapai sekitar 2 ton per rit. Sebenarnya target produksi madu dipatok hingga 6-7 ton per rit. Tetapi, untuk sementara target itu belum bisa terpenuhi. Tiap rit sarang lebah hanya bisa menghasilkan madu sekitar 2 ton. (79)
SUARA MERDEKA :: 12 Februari 2012, Hal. 17