PIKIRAN RAKYAT (18/2/2017) | Kawasan Gunung Bukit Tunggul, kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu kawasan subur, indah, dan alami di Utara Bandung.
Kawasan tersebut menjadi lokasi hutan, perkebunan, pertanian. Keindahan alam tersebut, juga terdapat di kawasan kehutanan yang dikelola Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Bandung Utara. Salah satunya adalah kawasan Curug Luhur Cibodas, di kaki Gunung Bukit Tunggul. Keindahan alam yang terpendam tersebut kini diperkenalkan dan dibuka bagi tujuan wisata.
Kawasan Curug Luhur Cibodas merupakan satu dari dua obyek kawasan hutan di kawasan Perhutani Bandung Utara yang kini resmi dijadikan lokasi wanawisata. Lokasi lainnya adalah Bukit Senyum di kawasan hutan Gunung Burangrang, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.
Administratur KPH Bandung Utara, Wismo Tri Kancono, di Bandung, Jumat (17/2/2017) mengatakan, kedua lokasi tersebut merupakan bagian dari optimalisasi kawasan hutan lindung. Di Curug Luhur Cibodas terdapat air terjun yang selama ini belum begitu dikenal. Wanawisata agro Curug Luhur Cibodas diresmikan pada 11 Februari 2017, sebelumnya relatif belum diketahui keberadaannya oleh masyarakat umum, istilahnya masih perawan.
Di Kawasan Curug Luhur Cibodas juga terdapat kebun kopi arabika yang menunjang wisata. Pengelolaannya dikerjasamakan dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan pemerintah desa setempat.
Disebutkan, kawasan Curug Luhur Cibodas sudah dilakukan penataan dengan mengakomodasi fungsi hutan lindung yang terawat sekaligus tempat wisata. Bahkan, kini mulai dirintis dan dikembangkan ke arah wanawisata agro karena memiliki kombinasi populasi tanaman kopi arabika Priangan.
Dari penggambaran visual, kawasan Curug Luhur Cibodas memang memiliki suasana alam indah dan lestari seluas lima hektare. Untuk menuju lokasi ditempuh dari arah jalur Maribaya, Lembang, sekitar 3 km, yang secara teknis mudah dilalui dari jalan umum.
Salah satu latar belakang lain lokasi Curug Luhur Cibodas dijadikan wanawisata agro, sekaligus solusi pendapatan bagi LMDH dan pemdes setempat melalui bagi hasil. Soalnya, populasi tanaman kopi arabika di kawasan tersebut diprediksiproduksinya tak terlalu bagus, karena naungan sangat rapat sebagai mana mestinya populasi tegakan hutan lindung.
“KPH Bandung Utara melihat banyak alam indah di Bukit Tunggul. Dibukanya wisata hutan, sekaligus menghindari kembali ditanami sayuran oleh masyarakat,” ujar Wismo.
Sambil menikmati air terjun Curug Luhur Cibodas, pelancong sekaligus dapat mempelajari seluk beluk produksi kopi. Dari obrolan Wismo Tri Kancono, tampak KPH Bandung Utara juga sedang mengembangkan daya tarik kawasan Curug Luhur Cibodas menjadi ada suguhan minuman kopi arabika Priangan.
Selain itu, juga sedang dipelajari memproduksi minuman yang dibuat dari daun kopi, yang rasanya agak mirip teh. (Kodar Solihat/-“PR”)
Sumber: Pikiran Rakyat, hal. 22
Tanggal: 18 Februari 2017