BUMN Kehutanan Harus Lakukan Hilirisasi Produk

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong BUMN kehutanan untuk melakukan hilirisasi produk-produk kehutanan. Pasalnya, selama ini BUMN kehutanan selalu menjual produk mentah berupa kayu gelondongan di dalam negeri sehingga kurang menguntungkan bagi kinerja perusahaan.

Deputi Bidang Industri Primer Megananda Daryono menjelaskan, kinerja BUMN kehutanan memburuk pasca diberlakukannya larangan ekspor kayu gelondongan oleh pemerintah. Pasalnya, ketika itu PT Inhutani I hingga,V tidak memiliki industri hilir guna mengolah kayu hasil hutan.

“BUMN kehutanan kami arahkan untuk mengubah kultur bisnis, beranjak ke hilirisasi. Selama ini kita hanya menjual kayu gelondongan di dalam negeri dan menjualnya untuk diolah, sehingga tidak memperoleh manfaat. “kata Deputi Kementerian BUMN Meganda usai penandatangan kerja sama bisnis antara Perum Perhutani dan Bank BNI, di Jakarta, Senin (19/12).

Guna menggenjot kinerja BUMN kehutanan pemerintah mendorong BUMN-BUMN kehutananan seperti Inhutani I-V untuk memiliki industri pengolahan kayu.

“Kami akan bangun pabrik plywood, industri furnitur, pabrik gondorukem dan terpentin serta derivatifnya. Sekarang Perum Perhutani baru bangun. Inhutani I sebenarnya sudah punya pabrik plywood tapi mesinnya sudah tua, sehingga perlu diganti, nanti yang lain akan menyusul, “tutur dia.

Saat ini, lanjut Megananda, pihaknya menyusun skema untuk meningkatkan kinerja BUMN kehutanan tersebut, salah satunya melalui skema holding, yakni Perum Perhutani akan menjadi induk usaba dan PT Inhutani I-V. Dengan dibentuknya holding tersebut, PT Inhutani I-V yang hingga kini belum bankable, dapat meminjam dana perbankan melalui induk usahanya, Perum Perhutani, yang sudah bankable.

Merujuk data Kementerian BUMN, total investasi yang dibutuhkan BUMN kehutanan mencapai Rp 31,4 triliun hingga 2014. Investasi tersebut diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja hingga 14 ribu ditambah masyarakat sekitar hutan. Jumlah masyarakat sekitar hutan mencapai 4 juta orang dan terkonsentrasi di Surnatera, Jawa, dan Kalimantan.

Investasi Rp 700 Millar
Di sisi lain, Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto mengungkapkan, tahun ini pihaknya akan merealisasikan investasi sekitar Rp 700 miliar. Dari dana tersebut, sebesar Rp 350 miliar sudah direalisasikan dan Rp 350 miliar lainnya bakal direalisasikan melalui pembangunan tiga industri.

Dia merinci dana penyertaan bagi industri furnitur berskala global dalam penyertaan modal asing (PMA) mencapai Rp 99 miliar, pendirian pabrik derivatif gondorukeman terpentin sekitar Rp 208 miliar, serta pendirian pabrik plywood sekitar Rp 43 miliar.

“Hari ini (kemarin) ground breaking dimulainya PMA industri furnitur yang pabriknya berlokasi di Tegal, serta pembangunan industri pabrik derivatif gondorukem dan terpentin di Pemalang, Jawa Tengah, serta pabrik plywood di Pare, Kediri, “tutur dia.
Untuk pembangunan industri pabrik derivatif gondorukem dan terpentin di Pemalang, kata Bambang, akan menghasilkan nilai tambah 1,3 – 1,7 kali dari investasi sebesar Rp 208,7 miliar. Dia menambahkan, harga produk tersebut berkisar US$ 2.000 hingga US$ 4.000 per ton dan bahkan dimungkinkan mencapai US$ 15.000 per ton.

“Pabrik derivatif gondorukem dan terpentin akan menyerap tenaga kerja sekitar 1.650 orang, yakni tenaga kerja langsung 150 orang dan tidak langsung sekitar 1.500 orang, “papar dia.

Sedangkan, pembangunan pabrik plywood di Pare, Kediri, Jawa Timur akan dilakukan di atas lahan seluas 8,3 hektare (ha). Pabrik tersebut berkapasitas mencapai 48.000 m3 per tahun dengan output 24.000 m3 plywood per tahun. Saat ini, harga plywood sengon dinilai cukup bagus. (c07)

INVESTOR DAILY:: Selasa, 20 Desember 2011 Hal. 20

Share:
[addtoany]