BUMN Optimistis GP3K Pacu Surplus Padi

Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) kini menuai sukses. Gerakan yang diprakarsai Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Pertanian bekerja sama dengan pemerintah daerah berhasil meningkatkan produktivitas padi. Jika sebelumnya, produksi padi hanya 5,5 ton per hektare, melalui GP3K mencapai 8-10 thn per hektare.
Deputi Kementerian BUMN, Hanifah Affan menyatakan optimistis mencapai target surplus padi 2014 sebesar 10 juta ton melalui program GP3K. “Dari target 570.000 hektar, sudah terlaksana 95%. Bahkan di beberapa daerah sudah mulai terlaksana pada tanam musim gaduh bulan Juli, Agustus, September. Hasilnya sangat memuaskan,” kata Hanifah Affan di sela-sela penandatanganan MoU antara PT Pelindo III dengan PT Sang Hyang Seri di Surabaya, Senin (17/10).
Dia mencontohkan, di Batu Raja, Kalimantan, GP3K berhasil meningkatkan produksi padi menjadi 8-10 ton dari sebelumnya 5,5 ton. GP3K mensyaratkan pendampingan, pemilihan bibit unggul, pengaturan air yang benar, pupuk, pengawalan dan bantuan pendanaan. Di Pemalang, Jawa Tengah GP3K berhasil memproduksi 14 ton per hektare. “Dengan keberhasilan yang dicapai pada musim gaduh atau kering tersebut, kami optimistis program GP3K akan lebih sukses di tahun berikutnya, sehingga target surplus padi sebesar 10 juta ton di 2014 akan tercapai,” kata dia.
Hanifah menjelaskan, melalui empat operator diharapkan ada monitoring pelaksanaan seperti melakukan evaluasi tiap minggu. “Sinergi pemilik dana dengan empat operator diharapkan akan berjalan mulus, sehingga penugasan program kemitraan akan terlaksana dengan baik,” imbuhnya.
Pendanaan dari BUMN
Terkait kebutuhan pendanaan dalam merealisasikan program GP3K, Hanifah mengaku mencapai Rp 1,85 triliun. Dari total kebutuhan tersebut, sebesar Rp 1,1 triliun didapatkan dari BUMN melalui program PKBL sementara sisanya diperoleh melalui kredit KKPE. “Sebanyak Rp 700 miliar sudah tersalurkan melalui empat operator, PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pusri Holding dan Perum Perhutani. Dan, dana tersebut diperoleh kurang lebih dari 15 BUMN,” katanya.
Sementara itu, untuk merealisasikan program GP3K, saat ini PT Sang Hyang Seri telah membentuk tim Unit Pelaksana Lapangan (UPL). Satu UPL akan menangani lahan 300 hektare. “Kami mendapatkan tugas mengawal 220.000 hektare dan semua sudah tertanam. Untuk Jatim, luas lahan pendampingan mencapai 38.000 hektare. Kami juga sudah menyalurkan bantuan benih, pupuk dan pestisida, terutama untuk hama wereng, penggerek dan tikus. Karena tiga hama inilah yang banyak mengakibatkan lahan padi mengalami puso atau gagal panen,” tambah Direktur Produksi PT Sang Hyang Seri Mariadi Padiatmaja. .
Program GP3K yang digelar di Madiun dan telah memasuki musim panen beberapa waktu lalu masih menyisakan masalah kurangnya kordinasi di antara instansi (Dinas Pertanian) dan sebagian BUMN yang terlibat dalam program tersebut. Selain itu, menurut Sigit, anggota kelompok tani pada program GP3K di desa Sumbergandu Kecamatan Pilangkenceng, Madiun, membutuhkan penyuluh.
Namun, tenaga penyuluh ternyata kurang di daerah itu. Akibat kurangnya tenaga penyuluhan petani cenderung menggunakan pola tanam dan asumsinya sendiri. “Kekuatan yang ada pada program GP3K ini adalah proses pendampingan, sehingga tenaga penyuluh harus cukup untuk mendampingi petani,” ujar dia.
Meski masih perlu banyak penyempurnaan, kata dia, program GP3K di daerah itu mampu meningkatkan produksi padi hingga 8 ton per hektare dari sebelumnya 6,5 ton per hektare.
Nama Media : INVESTOR DAILY
Tanggal         : Selasa, 18 Oktober 2011, Hal. 7
Penulis           : ros
TONE              : POSITIVE

Share:
[addtoany]