China Jadi Tujuan Utama Ekspor Produk Kayu Ringan Indonesia

KABARBISNIS.COM (1/8/2017) | China menjadi pasar utama produk light wood atau kayu ringan Indonesia. Ekspor produk ini ke negeri Tirai Bambu itu saat ini mencapai 3.500 kontainer per bulan. Jumlah tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan ekspor ke negara lainnya.

“Pasar China memang masih mendominasi sekitar hampir 95 persen, 5 persennya ke Jepang, Korea dan negara lainnya,” ujar Wakil Ketua Umum Indonesia Light Wood Association (ILWA), Sumardji Sarsono di sela launching ILWA di Hotel Best Western Premier, Solo Baru, Sukoharjo, Senin (31/7/2017).

Menurut Sumardji, saat ini yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia adalah pasar Asia. Untuk pasar Eropa masih sangat kecil. Sehingga dibutuhkan inovasi dan pengembangan dari produk light wood.

“Pasar Eropa sebenarnya sudah masuk, tapi masih kecil sekali. Apalagi pemasaran ke Eropa juga butuh biaya yang lebih tinggi. Pasar Eropa membutuhkan inovasi seperti dalam bentuk pintu, kursi, dan lainnya,” jelasnya.

ILWA yang dulunya bernama Indonesian Barecore Association (IbcA) itu akan terus mendorong anggotanya untuk mengembangkan light wood. Sebab, pasar ini memiliki kemampuan tinggi, hanya tinggal melakukan inovasi.

Terkait bahan baku, Sumardji mengatakan bahan baku di Indonesia masih sangat cukup. Sebab, bahan baku yang digunakan berasal dari hutan rakyat yang bisa ditanam kembali. Per tahun dibutuhkan sekitar 20 juta meter kubik kayu untuk produk barecore dan playwood.

“Kami juga menggalakkan penanaman kembali, jika tidak maka dua atau tiga tahun lagi pasti akan habis,” ucapnya.

Dalam kesempatan sama, Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup, Hadi Daryanto mengatakan, saat ini pasar produk light wood masih terbuka. Pemerintah memberikan dukungan dalam pemasaran produk light wood, di antaranya dengan mempermudah perizinan.

“Bahan bakunya kan berasal dari kayu rakyat, untuk izinnya tidak sulit. Untuk modal, Kementerian Lingkungan Hidup juga telah melakukan kerja sama dengan perbankan untuk pemberian kredit usaha rakyat (KUR),” jelas Hadi seusai membuka acara.

Jika sebelumnya petani hutan rakyat tidak bankable saat ini sudah dipermudah melalui KUR. Melalui kerja sama antara KLH dengan perbankan tersebut diharapkan produksi kayu rakyat meningkat. Perhutani juga akan diuntungkan karena mendapatkan pembagian 30 persen sedangkan 70 persen untuk rakyat.

Sumber : kabarbisnis.com

Tanggal : 1 Agustus 2017