TIMESINDONESIA.CO.ID (19/5/2017) | Sebelum program Pengembangan Kluster Kopi, petani kopi Bondowoso tidak banyak yang melihat kopi sebagai tanaman emas. Baru pada tahun 2011 sejak Pemerintah Kabupaten Bondowoso mengeluarkan program Pengembangan Kluster Kopi, masyarakat mulai beramai-ramai menanam kopi dan menggantungkan hidupnya disana.
Program Pengembangan Kluster Kopi sendiri diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso yang saat ini dipimpin oleh Bupati Bondowoso H Amin Said Husni dengan melibatkan lima stakeholder terkait diantaranya Perhutani, Asosiasi Petani Kopi, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), Bank Jatim dan Bank Indonesia.
Untuk perluasan lahan kopi rakyat, Pemkab Bondowoso menggandeng Perhutani Bondowoso sebagai mitra. Area hutan lindung dan hutan produksi milik Perhutani boleh digunakan oleh petani kopi dengan syarat Sumber Daya Alam (SDA) hutan tidak diambil. Kesepakatan dua belah pihak ini masih dijalankan hingga sekarang dan telah menghasilkan luas areal tanam sebesar 14.000 hektar.
Sebagai mitra dalam hal peningkatan kualitas kopi, Puslitkoka ditunjuk oleh Pemkab Bondowoso untuk memberikan pelatihan pasca Progam Kluster Kopi Bondowoso terbentuk. Sejak saat itu, Puslitkoka bersama dinas terkait rutin dan gencar melakukan pelatihan mulai dari proses petik merah matang segar, pengolahan wet process dan proses pengeringan pascapanen. Jika sebelumnya para petani mengeringkan kopi langsung di atas jalan raya, kali ini mereka diberikan penyuluhan bagaimana teknik mengeringkan kopi menggunakan para-para.
Kepada TIMES Indonesia, Bupati Bondowoso H Amin Said Husni mengaku senang atas hasil positif yang diterima masyarakat sejak program Pengembangan Kluster Kopi. Meskipun awalnya banyak pihak yang meragukan kebijakan tersebut, saat ini Amin bisa membuktikan jika kopi bisa menjadi produk unggulan Kabupaten Bondowoso dan digemari oleh pasar dalam negeri dan mancanegara.
“Awal dulu banyak sekali yang meragukan kebijakan saya pada kopi Bondowoso. Mereka berpikir jika Bondowoso bukan daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Tapi saat ini kita buktikan,” ujar Amin.
Upaya Amin Said untuk menjadikan kopi sebagai produk unggulan Kabupaten juga tak gampang. Kebijakan yang berpihak pada petani dan penguatan dari sektor hulu hingga hilir terus ia lakukan. Hal ini ditandai dengan bergabungnya APEKI Kabupaten Bondowoso menjadi anggota Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI). Bahkan saat ini, Bondowoso dipercaya sebagai wakil dari Jawa Timur yang akan mempresentasikan tentang Bondowoso Coffee: The Featured Product Of Bondowoso, East Java, Indonesia dalam forum Pacific Internationa Tourism Expo (PITE) di Rusia.
Setelah memperoleh sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dengan nama Arabika Java Ijen-Raung dan deklarasi Bondowoso Republik Kopi membuat para petani kopi Kecamatan Sumberwringin dan Kecamatan Ijen berlomba-lomba menanam kopi.
Bahkan, daerah di kaki Gunung Argopuro saat ini juga tengah dilakukan pengembangan kluster kopi dan sedang dalam proses perolehan sertifikasi IG. Lahan perhutani hasil kerjasama progam MoU kini diperbaharui lagi. Luasan lahan penanaman kopi juga bertambah.
Awalnya dari 4.000 hektar menjadi 14.000 hektar lahan kopi siap tanam. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bondowoso sangat memanjakan petani-petani kopi. Peningkatan kualitas dan kuantitas kopi Arabika Bondowoso terus dilakukan. Hal ini dilakukan demi ketersediaan kopi berkualitas di pasar kopi luar dan dalam negeri.
Sumber : timesindonesia.co.id
Tanggal : 19 Mei 2017