RADARMALANG.ID (27/7/2017) | Hawa dingin sangat terasa di Wanawisata Bedengan, Desa Selorejo, Kecamatan Dau. Meski pagi mulai beranjak siang, Minggu lalu (23/7) kabut tampak masih enggan pergi. Padahal, sinar matahari telah menerobos barisan pohon pinus yang ada di sana.
Namun, hal itu tak menghalangi Bagus Prabowo dan kawan-kawannya untuk menyiapkan peralatan ”tempur”. Lalu, berbekal tali dan hammock (tempat tidur gantung), Bagus memanjat pohon pinus dengan ketinggian 40 meter. Untuk memudahkan aktivitas itu, batang pohon pinus tersebut dipasangi pijakan dari potongan-potongan kayu kecil.
Ya, pagi itu, sekitar pukul 08.00, dia tengah mengecek kesiapan hammock tower di Wanawisata Bedengan. Hal tersebut telah menjadi kesibukannya setiap akhir pekan. Sejatinya, Bagus adalah karyawan sebuah perusahaan swasta. Namun, bergelut dengan alam tetap tidak bisa dia tinggalkan.
Sejak dulu dia memang seorang pencinta alam. Sambil mempersiapkan peralatan dan menunggu pengunjung datang, kami pun mengobrol ringan di bawah hammock tower. ”Saya kenal organisasi pencinta alam pas kuliah. Sekitar tahun 2000-an,” ungkap alumnus Universitas Katolik Widya Karya Malang ini.
Sebenarnya, kala itu dia tidak bergabung dengan organisasi pencinta alam di kampusnya. Hanya, dia sering berkumpul dengan teman-temannya yang hobi naik gunung dan panjat tebing. Dari situlah dia mulai belajar tentang teknik wall climbing. ”Dari situ terus belajar tentang kebutuhan dan cara menjadi pemanjat tebing, terutama ketika berada di alam,” jelasnya.
Hobi itulah yang mendasari niatnya untuk membuat objek wisata adventure di Bedengan. Sebelumnya, dia sempat ditawari untuk membuat wisata adventure di beberapa lokasi. Namun, dia merasa yang lebih pas adalah Bedengan. Menurut dia, wanawisata milik Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang tersebut sangat komplet. Ada hutan dengan pohon-pohon tinggi, sungai, tebing, camping ground, hingga air terjun.
”Saat konsultasi ke Perhutani memang diberi beberapa pilihan, tapi saya pikir yang paling tepat hanya di sini,” ungkap dia. ”Sebab, semuanya ada di dalam satu area. Selain itu, dekat dengan tempat wisata lainnya, seperti Kota Wisata Batu,” ungkap bapak dua putri tersebut.
Alasan lain, suami Elizabeth itu memilih Bedengan karena selama ini lebih terkenal sebagai camping ground. Belum ada wisata adventure yang dikembangkan sehingga memiliki prospek cukup cerah. Dia dan timnya pun telah memiliki rencana untuk membuat beberapa spot wisata di sana.
Di antaranya, hammock tower, tubing kids, panjat tebing, dan adventure track. ”Sekarang yang sudah ada hammock tower, ini masih awal untuk pengenalan kepada pengunjung. Nanti ada beberapa spot yang sedang digarap,” bebernya.
Untuk mengurangi biaya alat yang mahal, dia melibatkan beberapa komunitas. Karena untuk membuat wisata adventure, biaya yang dibutuhkan lumayan banyak. Terutama untuk kelengkapan safety yang harus terjaga betul. Dia juga membuat hammock sendiri. ”Untuk peralatan safety, mulai dari tali hingga pengaman, semua pinjam ke komunitas. Sedangkan hammock-nya sudah memproduksi sendiri, tapi masih terbatas karena mahal kalau memproduksi dalam jumlah banyak,” kata dia.
Untuk hammock, produksinya sudah diuji coba dengan dinaiki tujuh orang pun tetap kuat. Ini karena bahan yang digunakan berkualitas serta sesuai standar. ”Jenis kainnya khusus sesuai dengan standar juga. Bahannya lebih bagus dan harganya juga murah, tapi tidak dijual untuk umum,” ucapnya.
Sumber : radarmalang.id
Tanggal : 27 Juli 2017