Desainer Mebel Peduli Lingkungan Ajak Desainer Muda Menembus Pasar Eropa melalui Indonesia Designer Challenge 2016

(Dok.Kom/Pht/Kanpus/2015)JAKARTA, PERHUTANI (02/12/15) Forest Stewardship Council Indonesia (FSC Indonesia) bekerjasama dengan Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) dan Perhutani, bersama dengan BioIndustries dan William E. Connor & Associates Ltd. mengajak mahasiswa dan desainer muda Indonesia untuk menciptakan desain mebel inovatif yang bernilai ramah lingkungan dan juga memenuhi selera pasar.

Ajakan ini disampaikan dalam rangkaian sosialisasi kompetisi Indonesia Designer Challenge (IDC) 2016 di sepanjang bulan Oktober hingga November 2015. IDC 2016 merupakan ajang kompetisi desainer pertama di Indonesia yang bertujuan menempatkan para desainer Indonesia sebagai poros utama penggerak industri kreatif di Indonesia dengan menekankan pada proses produksi dan penggunaan bahan baku kayu dan bahan penunjang lain yang ramah lingkungan. “Indonesia Designer Challenge 2016 merupakan ikon bagi desainer muda untuk menunjukkan kemampuannya dalam mencipta desain mebel yang selain mempunyai nilai seni dan membawa pesan lingkungan namun memenuhi tuntutan pasar internasional” jelas Cosmas Tri Susantho, Ketua IDC 2016 di sela-sela sosialisasi IDC 2016 di Bandung pada 26 November 2016 yang lalu “Kompetisi ini berbeda dari yang lain, karena selain karya para peserta dinilai oleh para kurator dan juri, juga dinilai secara langsung oleh para buyer. Para pemenang juga berkesempatan mendapatkan kontrak dan royalty jika karyanya terpilih oleh buyer.”

“Kami mendukung penuh IDC 2016. Bahan baku kayu jati yang digunakan berasal dari hutan Perhutani yang telah bersertifikat FSC. Unit usaha industri kayu Perhutani di Cepu, Brumbung, dan Gresik kapasitas totalnya 60.000 m3. Saat ini Perhutani memproduksi kayu log jati bersertifikat FSC dengan total sekitar 400.000 m3. Desainer dapat menciptakan inovasi dari kayu jati berdiameter kurang dari 20 cm hasil pengelolaan hutan adaptif terhadap dinamika sosial dan lingkungan. Produksi kayu dengan diameter kurang dari 20 cm akan semakin besar potensinya, ini terbukti dari produksi kayu tersebut meningkat dari 20% menjadi 40%. Lomba ini dapat dilakukan setiap tahun untuk mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif generasi muda Indonesia dibidang perkayuan,” demikian Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar.

“Daya tarik industri mebel Indonesia bagi pasar dunia salah satunya adalah kayu jati berkualitas tinggi. Sayangnya cadangan kayu jati Perhutani kelas A3 saat ini tinggal 20% sedangkan jati A1 tersedia melimpah. IDC 2016 adalah sebuah terobosan untuk menimbulkan inovasi baru bagi industri mebel Indonesia yang mengusung konsep desain mebel ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumberdaya kayu jati A1,”papar Arifin Wicaksono dari BioIndustries seraya menambahkan ” Jati A1 karena kayu muda punya peluang terkena bluestain dan kami BioIndustries sebagai pelopor produsen bahan pendukung industri mebel ramah lingkungan berstandard internasional untuk membantu mengatasi masalah tersebut dan turut aktif mendukung karya desainer muda dalam IDC 2016.

Potensi jati kelas A1 yang tinggi untuk dalam produksi mebel berkualitas tinggi juga didukung oleh Imam Damar Jati dari Fakultas Seni Rupa & Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mengatakan, “Indonesia memiliki sumberdaya kayu jati kedua terbanyak setelah Myanmar. Kayu jati muda berukuran kurang dari 20 cm potensinya bernilai tinggi sebagai bahan baku mebel, karena jati muda yang diperoleh dari proses thinning memiliki kelas kekuatan yang sama dengan jati tua yaitu 70-140 mega pascal. Selain itu jati muda memiliki pola kayu yang khas. Kami telah meneliti dan menemukan 16 pola kayu jati muda yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan karya desain yang bernilai tinggi.”

“Kayu merupakan bahan baku yang dominan dalam kompetisi ini karena kami ingin menonjolkan aspek ramah lingkungannya. Dengan menggunakan kayu kami ingin para desainer mebel tetap menggunakan kayu sebagai material yang dominan agar dapat membantu menyelamatkan lingkungan dari perubahan iklim karena kemampuannya dalam menyerap karbon yang dihasilkan dari polusi dan kegiatan pembangunan lainnya,” jelas Indra Setia Dewi, Program Officer Forest Stewardship Council (FSC) Indonesia. “Tentu saja kami mendorong agar kayu yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab seperti kayu bersertifikat FSC”

FSC adalah lembaga swadaya masyarakat, nirlaba, dan independen yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggungjawab di seluruh dunia. Melalui sistem sertifikasi yang ketat, FSC menyiapkan standar yang diakui secara internasional agar perusahaan dan komunitas pengelola hutan dapat terdorong dan mengembangkan praktik kehutanan yang lebih baik dan bertanggungjawab secara sosial dan lingkungan di Indonesia dan juga dunia.

“Peran desainer sangat penting dalam menentukan daya saing mebel Indonesia di dunia internasional. Lemahnya riset selera pasar, isu lingkungan, dan sulitnya menjalin kerjasama dengan industri menjadi hambatan bagi para desainer sehingga performa desainer Indonesia tidak menonjol di mata para buyers dan industri. Disinilah peran IDC 2016 untuk meningkatkan inovasi dan potensi desainer muda sekaligus memberikan tantangan pasar secara langsung kepada generasi muda” jelas Bambang Kartono Kurniawan, Ketua HDMI. (Kom-Pht/Kanpus)

©Copyright2015