Ditanam di Lahan Kosong, Branding Rumput Bisa Dipelihara

JAWAPOS.COM (2/5/2018) | Raut bahagia terpancar dari wajah Sucipto dan Syahri. Pagi (1/5) berembun kemarin, mereka bergegas ke pematang sawah terletak di belakang permukiman warga. Tentu, mereka bukan sedang mencari tikus sawah. Sebab, memang tidak ada tanaman padi di kawasan itu. Mereka sedang menjenguk tanaman rumput selama hampir sepekan ini sedang dipanen.

Iya, rumput yang bagi sebagian orang dianggap hama, bagi Sucipto dkk diangkat derajatnya sebagai tanaman peliharaan. Memang bukan rumput biasa. Namun rumput gajah jenis odot. Rumput yang khusus dibuat makanan hewan ternak. Senyum malu-malu para budidaya rumput itu terbias di tengah hijau rerumputan yang menenteramkan.

Sucipto tidak sendirian. Selain bersama Syahri, dia juga dibantu delapan anggota lain yang tergabung dalam kelompok Pesanggem Rumput Odot, komunitas budidaya rumput di Desa Wadang, Kecamatan Ngasem.

Sesuai namanya, pesanggem berarti petani yang menggarap hutan milik Perhutani. Petani pesanggem umumnya berada di kawasan hutan. Mereka umumnya menggarap lahan hutan yang usai dilakukan penebangan.

“Ini awalnya hanya ingin memanfaatkan lahan kosong milik Perhutani. Saat minta izin, kita disetujui untuk menanam rumput di sini,” kata Sucipto diiringi senyum.

Sucipto merupakan ketua Pesanggem Rumput Odot. Kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro, pria berusia 40 tahun itu banyak bercerita tentang berbagai kegiatan dan alasan yang melatarbelakangi keinginannya menanam dan budidaya rumput. Awalnya, memang tidak pernah ada niatan untuk menanam rumput. Sebab, seperti yang diyakini masyarakat, rumput adalah hama yang mengganggu tanaman. Tapi, didorong keinginan memenuhi kebutuhan pakan ternak sendiri, dia menginisiasi adanya pemeliharaan rumput.

Di sisi lain, di salah satu sudut desanya, ada sejumlah petak lahan yang kosong akibat kayu jati berada di lahan itu sudah ditebangi. Alhasil, lahan seluas puluhan hektare itu tidak ditanami apa-apa. Bersama karang taruna dan lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) setempat, dia pun memantapkan diri memelihara rumput di kawasan itu. “Awalnya kita matur ke Perhutani, dan diizini untuk menanamnya di sana,” imbuh dia.

Oleh Perhutani, dia beserta teman-temannya dipinjami lahan kosong sebesar 1 hektare. Di lahan itulah, Pesanggem Rumput Odot melakukan penanaman sebanyak seribu batang rumput sejak awal Februari lalu.

Sesuai target, akhir April hingga awal Mei ini rumput-rumput tersebar di lahan seluas 1 hektare itu mulai bisa dipanen. Rumput-rumput dipanen itu, setinggi 60 cm. Hampir menyamai tingginya tumbuhan padi. “Kita baru panen sepanjang 10 meter lahan. Dan ini sudah dapat sekitar 3 kuintal,” kata Sucipto.

Rumput-rumput itu, kata dia, untuk sementara ini memang dijadikan makanan ternak sendiri. Sebab, selain masih baru pertama kali melakukan panen, mayoritas para anggota juga beternak sapi. Namun, untuk selanjutnya, memang ada niatan untuk dijual. Bahkan, saat ini pihaknya sudah mulai menjajaki sejumlah pangsa pasar rumput di wilayah Sragen, Jawa Tengah. Sebab, kawasan itu merupakan kawasan peternak.

Syahri, 37, salah seorang anggota Pesanggem lainnya mengatakan, dia mengaku bahagia melihat hasil panen tersebut. Sebab, selain menjadi momentum pertama kali panen rumput di desanya, para anggota Pesanggem juga bisa membuktikan jika rumput bisa dirawat dan dipelihara. Apalagi, adanya potensi menjual rumput-rumput itu ke luar kota, tentu menerbitkan harapan pada masyarakat untuk bertanam rumput disela-sela menanam padi.

“Rencananya nanti memang dijual, ini sedang mencari tahu bagaimana kondisi pasaran rumput di Jawa Tengah,” ucapnya.

Dari informasi yang dia terima, rumput odot memang benar-benar dihargai di Sragen karena banyak peternak sapi. Namun, di sisi lain, lahan untuk menanam rumput sulit. Karena itu, dia dan kawan-kawannya sudah melakukan sejumlah lobi untuk memasarkan rumput di sana. Dari informasi yang dia dapat, rumput memang dijual kiloan. Perkilo, harga mencapai Rp 400 hingga Rp 600 tergantung kualitas rumput.

“Setidaknya ada harapan untuk memanfaatkan lahan tidak berfungsi, sekaligus mengurangi pengangguran,” pungkas dia.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 2 Mei 2018