Dorong Kurangi Impor Sapi

Radar Bojonegoro – CEPU – Pengembangan kelola hutan bersinergi dengan beternak sapi (silvopasteur) dinilai menjadi proyek prospektif guna memenuhi kebutuhan daging dalam negeri. Apalagi, selama ini konsumsi daging masih mengandalkan komoditas impor.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Kapuslitbang) Perhutani Cepu Suwamo mengatakan, silvopasteur menjadi alasan tepat seiring meningkatnya kebutuhan konsumsi daging setiap tahun. Termasuk kecenderungan bergantung pada sapi impor.

Impor sapi pertahun mencapai 350ribu ekoif katanyakemarin(7/4) dalam diskusi terkait silvopasteur.

Impor yang banyak, tutur Suwarno, tentu mengeluarkan dana tidak sedikit. Sehingga, pengelolaan peternakan sendiri bisa mencapai kedaulatan pangan. Pemanfaatan silvopasteur merupakan sinergi yang tepat. Selain bisa beternak sapi, pengelolaan hutan tetap berjalan.

Irdika Mansyur, peneliti dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, silvopasteur memberikan keuntungan harian berupa pupuk kandang dan pakan tersebar di hutan. Selain itu, keuntungan bulanan berupa hasil penjualan daging dan keuntungan jangka panjang hasil penjualan kayu.

“Setidaknya, proses swasembada daging bisa dioptimalkan,” katanya yang juga menghadiri diskusi di kantor Puslitbang Perhutani Cepu.
Selain menyerap tenaga setempat, lanjut Irdika, negara juga untung karena anggaran untuk impor dialihkan proses perputaran ternak “Di negara maju, sibopastew sudah diterapkan,” ujar dia.

Hal sama dikatakan Bambang Wheep, dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Dia mengatakan, penerapan silvopasteur untuk mengelola swasembada daging secara profit oriented. “Semua diorientasi pada bisnis,” tuturnya, (zky/rij)

Sumber : Radar Bojonegoro, hal. 35
Tanggal : 8 April 2015

Share:
[addtoany]