BERITASATU.COM (3/4/2018) | Tim arkeolog dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, Sragen, Provinsi Jawa Tengah (Jateng) ikut turun tangan dalam meneliti fosil-fosil gajah purba dan banteng purba yang ditemukan di dua titik yang ada di area tegalan masuk wilayah Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur (Jatim), Senin (2/4).
Dari hasil penggalian lanjutan, petani Sarno (45) kembali menemukan 297 serpihan fosil lagi dalam berbagai ukuran. Yang terbesar diduga bagian kaki gajah purba (Stegodon) dengan panjang mencapai 90 sentimeter (cm) dan diameter 20 cm.
Sisanya berupa serpihan tulang yang rusak akibat terkena benda tajam saat penggalian. Fosil-fosil tulang ini rata-rata berukuran panjang antara 3 cm sampai 15 cm dengan diameter 3 sampai 5 cm. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga membenarkan, di antara fosil gajah purba itu juga terdapat fosil tanduk banteng purba (Bibos paleosondaicus) dengan panjang 43 cm dan diameter 27 cm.
“Kami berempat, arkeolog BPSMP Sangiran, Sragen, dalam rangka membantu melakukan penelitian terkait temuan fosil kaki gajah purba dan banteng purba di Desa Rejuno, Ngawi,” ujar arkeolog Niko Albertus kepada wartawan di kantor BKPH Desa Rejuno Kecamatan Karangjati, Senin (2/4/2018).
Dengan didampingi perwakilan dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Ngawi serta Kepala Administratur Perum Perhutani KPH Saradan, Djohan Surjo Putro, Niko lebih lanjut menjelaskan, bahwa timnya melibatkan arkeolog biologi dan geologi sebagai pakar fosil. Untuk bahan penelitian, selanjutnya tim membawa satu fragmen fosil serta tanah yang ada di lokasi temuan.
Pada bagian lain Niko mengungkapkan, hasil penelitian terkait fosil yang berusia jutaan tahun itu diperkirakan baru bisa diungkap paling cepat dua hari ke depan. Setelah dilakukan penelitian, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak Perhutani Pusat guna keperluan membawa fosil-fosil tersebut ke Museum Trinil.
“Jika sebelumnya hanya ditemukan 94 serpihan fosil, kini bertambah menjadi 297 fosil. Demi keamanan fosil-fosil yang diduga masih berserakan di lokasi temuan, kini dipasangi police line (garis polisi),” ujar Kepala BKPH Rejuno, Budi Sulaksana menambahkan.
Jika fosil pertama ditemukan petani Sarno (45), Rabu (28/3) lalu maka pada temuan berikutnya dibantu rekannya, Sudarmaji (50) sama-sama berasal dari Dusun Grudo, Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, berhasil mengumpulkan 297 serpihan fosil dari dua titik yang berdekatan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada temuan pertama langsung diteliti tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Mojokerto Wilayah Kerja Provinsi Jatim dan memperkirakan fosil-fosil tersebut berumur sekitar 1,5 juta tahun.
Sumber : beritasatu.com
Tanggal : 3 April 2018