Hasil Karya Tembus Eropa, Memotivasi Karyawan Buka Usaha Sendiri

Radar Madiun, Ngawi – Suara lantunan musik campursari terdengar dari kejauhan. Alunan lagu berbahasa Jawa itu menemani kesibukan seorang pria menggosok perkakas terbuat dari kayu. Dialah Mujiastono, salah satu perajin yang tinggal di Dusun Pohjagal, Desa Bangunrejo Kidul, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi. Pria bertubuh kurus ini bisa dibilang maestro, karena banyak perajin muda yang berguru dan mengikuti jejaknya.

Berbagai hasil karya pernah dihasilkan dari tangan terampil Mujiastono. Mulai dari perkakas rumah hingga berbagai hiasan dari kayu. Hasil karyanya pun tidak hanya diminati dari masyarakat lokal saja. Namun, karyanya sudah menjelajah ke sejumlah negara Eropa seperti Spanyol, Perancis, hingga Australia. ‘’Kalau tepatnya saya sudah lupa. Kerajinan saya dikirim ke Semarang dan Jakarta dulu baru kemudian dikirim ke luar negeri,’’ ujarnya.

Suami Umi Kalsum itu mengaku seringkali kebanjiran order. Dalam waktu dua minggu saja dirinya menerima pesanan hingga tiga ribu buah kerajinan berbagai bentuk dan ukuran. Seminggu sekali, dia mengirim dua truk kerajinan. Pesanan itu dikerjakan bersama 22 orang karyawannya. Tiap bulan omzet penjualan bisa tembus Rp 140 juta tiap bulan. Karena kesuksesannya itu, Mujiastono mendorong sejumlah karyawannya untuk membuka usaha sendiri.

Karena itulah, sekarang banyak warga di desanya menekuni usaha kerajinan seperti dirinya.

Mujiastono mengaku mengawali usahanya setelah mengikuti pelatihan yang digelar Perhutani. Saat itu ada 20 orang peserta dari berbagai kota. Dia terpilih karena sebelumnya sudah mengeluti usaha membuat sangkar burung. Saat pelatihan, Mujiastono dibekali teknik ukir dan desain. ‘’Dari 20 orang itu, cuma saya yang tetap menjadi perajin kayu,’’ ungkapnya.

Karena kegigihannya itu, Perhutani memberikan kepercayaan untuk mengajak sejumlah warga lain bergabung dengan usahanya. Terutama warga yang sebelumnya sering mengambil kayu di hutan. Program dari Perhutani itu memang bertujuan untuk mengurangi illegal logging di kawasan hutan sekitar desa tempat tinggalnya. Usaha yang ditekuni sejak tahun 2000 itu akhirnya bisa bertahan sampai sekarang. Karyawan yang kini membuka usaha juga sudah banyak yang berhasil. ‘’Bahkan kini banyak yang lebih sukses dari saya,’’ ujarnya sambil tertawa. (*/yup)

Radar Madiun | 02 Maret 2014 | Hal. 38

Share:
[addtoany]