Hasil Panen Petani Kopi Bogor Ditampung Tengkulak

BOGORONLINE.COM, BOGOR (21/7/2016) | Kendati Kabupaten Bogor merupakan daerah penghasil kopi, namun ironisnya, kopi yang dihasilkan para petani itu tak banyak dikenal para penikmat dan pebisnis kopi. Hal ini disebabkan, kurangnya promosi untuk mengangkat citra kopi asal Bumi Tegar Beriman.

“Kami baru tahun sekarang ini, jika di Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil kopi cukup besar di Pulau Jawa,” kata Endrico, PR and Promotion Coffee Toffee, kepada wartawan di Kantor Dinas Pertanian dan Kehutanan, Rabu (20/07).

Coffee Toffee yang berbisnis minuman berbahan dasar kopi, kata Endrico akan berusaha mengangkat citra kopi yang ditanam para petani di Kabupaten Bogor agar terkenal.

“Jujur saja, selama ini, kopi yang akan gunakan disuplai dari sejumlah daerah di Pulau Jawa, sebagai Sumatera dan Bali, makanya kami bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan pada pekan pertama Agustus akan menggelar festival kopi yang akan dilangsungkan di Cibinong City Mall,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Siti Nuriyanti mengatakan, potensi kopi di Kabupaten Bogor sangat tinggi, pada tahun 2015 lalu, total biji kopi yang dihasilkan para petani mencapai 2.400 ton lebih.

“Tanaman kopi tersebar di 17 kecamatan dengan luas areal mencapai 3.000 hektar dan paling luas berada di Kecamatan Sukamakmur dan Tanjungsari,” ungkapnya.

Meski hasil panennya melimpah, namun kata Nuriyanti, karena ketiadaan pabrik pengolahan, banyak petani yang menjualnya ke para tengkulak atau pengepul.

“Faktor itulah yang membuat kopi asal Kabupaten Bogor tidak terkenal, seperti kopi Gayo dan daerah lainnya. Kami saat ini sedang berupaya mengangkat citra kopi Kabupaten Bogor, salah satunya dengan menggandeng Coffee Toffee untuk menggelar festival coffee,” ujarnya.

Sementera itu, ketika ditanya apakah dari total luas areal 3.000 hektar lahan perkebunan kopi semua milik petani, Nuryanti mengatakan tidak, menurut dia, para petani menanam kopi dengan memanfaatkan lahan garapan milik Perum Perhutani.

“Rata-rata petani kita itu hanya memiliki lahan sekitar satu hektar lebih, sisanya banyak memanfaatkan lahan milik Perhutani, yang memang telah menjalin kemitraan atau kerja sama dengan warga yang tinggal di sekitar hutan, seperti di Kecamatan Sukamakmur dan Tanjungsari,” jelasnya.

Selain festival, kata Nuriyanti, Distanhut juga membagikan bibit kopi berkualitas kepada para petani. “Bibit yang kami bagikan ada jenis, yakni robusta dan arabica dengan total mencapai 120 ribu bibit,” pungkasnya. (zah)

Tanggal : 21 Juli 2016
Sumber : Bogoronline.com