Holding Perhutani Inhutani Perkembangan Aset

HOLDING PERHUTANI INHUTANI PERKEMBANGAN ASET BISA LEBIH CEPAT
Penggabungan BUMN Kehutanan dalam holding diyakini akan mampu mempercepat pertumbuhan aset perusahaan. Karenanya, direksi Inhutani merespon positif atas kebijakan ini. Dengan holding, semua potensi bisa disinergikan hingga mampu memperkuat daya saing.
Kalangan direksi Inhutani merespon positif atas penggabungan BUMN Kehutanan ini dalam holding. Hanya mereka berharap, kebijakan ini hendaknya tidak sebatas merampingkan, melainkan membangun kekuatan yang mampu memberikan nilai tambah besar bagi unit – unit usaha.
Dengan holding, memang diakui, semua potensi bisa disenergikan. Sehingga dapat mempercepat pertumbuhan aset perusahaan, yang bila berjalan sendiri-sendiri, hanya sekitar Rp 5 triliun, dari nilai aset yang kini ada sekitar Rp 3,7 triliun. Namun dikembangkan dalam konsep holding ini bisa mencapai Rp 13,56 triliun.
“Holding ini kita terima sangat semangat, dengan harapan lebih baik daripada sebelum holding. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kapasitasnya, agar Perhutani sebagai induk holding, bisa lebih melipatkan gandakan apa yang menjadi tujuan pemerintah,” kata Bambang Widyantoro.
Direktur Utama Inhutani III ini mengakui, tentu dengan adanya holding bakal ada suntikan baru yang akan memperkuat permodalan perusahaan. Sebab, bagi Inhutani, persoalan permodalan adalah hal yang sangat mendesak. Selama ini Inhutani, khususnya Inhutani III diakui terasa sulit untuk mendapatkan pinjaman modal kerja pengembangan usaha.
” Kita terus terang, agak kesulitan untuk memperoleh dana, pernah mengajukan pinjaman lewat BLU (Badan Layanan Umum) Kementerian kehutanan, namun sudah dua tahun, sampai sekarang belum muncul,” tandasnya. Nah, nanti melalui induk holding, Perhutani, persoalan permodalan bisa teratasi, karena Perhutani dinilai layak untuk mengajukan modal. “Bila sudah ada modal, bisa untuk menghidupi kita jangka panjang lewat investasi.” tambah Bambang lagi.
Manajemen Inhutani memang punya mimpi besar atas keberadaan BUMN Kehutanan ini. Nantinya, dalam BUMN Kehutanan akan memiliki warna tersendiri, karena setiap unit usaha mempunyai keunggulan masing masing. Walau memang, pada saat ini kondisi industri kehutanan secara keseluruhan, mengalami kemerosotan.
Sebut saja, Perhutani yang ditetapkan sebagai induk holding, memiliki jenis kayu yang berkualitas baik. Dan umumnya jenis kayu dikembangkan dalam bentuk hutan tanaman. Sementara Inhutani memiliki jenis kayu yang bersumber dari hutan alam dengan kualitas kayu yang sangat baik pula.
“Ini tentu akan bisa disinergikan dan dikembangkan secara bersama sama, mengingat Perhutani sebagai induk, memiliki sumber permodalan yang kuat dan akses permodalan yang luas,” kata Didik Arjo Gunawan.
Dan ini, lanjut Direktur Utama Inhutani I itu, bisa dijadikan sebuah ikon yang mampu memberikan warna tersendiri bagi industri kehutanan. “Dan tentu, menjadi satu kekuataan bagi holding BUMN Kehutanan,” tandasnya.
Pengalaman Perhutani dalam mengembangkan hutan di Jawa tentu menjadi sesuatu kekuatan yang dapat diaplikasikan dalam pengembangan hutan di luar Jawa yang dikelola Inhutani. “Dengan holding ini bisa mensinergikan semua potensi positif dari masing masing, sehingga menjadi satu kekuatan yang sangat besar,”tambah Tjipta Purwinta. “Saya berharap ke depan, kita mampu mengatasi persaingan yang penuh kompetisi, terutama di kancah global,” lanjut Direktur Utama Inhutani II itu.
Karena itu, ke depan. BUMN kehutanan hendaknya segera melakukan konsolidasi, melakukan evaluasi terhadap berbagai persoalan yang diperkirakan akan menghambat pertumbuhannya. Terutama mengevaluasi hal hal yang berkaitan dengan regulasi dan kemudian mengkomunikasikannya kepada regulator.
“Sehingga kita akan tahu, peluang apa yang kosong, dan belum diisi pemain lain,” tambahnya.
Selama ini memang diakui, tidak ada perbedaan yang mencolok antara Perhutani dengan Inhutani. Hanya memang, Perhutani lebih berkonsentrasi pada pengelolaan hutan di Jawa. Sementara Inhutani di luar Jawa. Dan mungkin juga, soal kultur antara awa dan luar Jawa. Namun ini tidak akan signifikan, karena proses holding ini bukan melebur menjadi satu, tapi hanya pada pelimpahan saham negara – yang semula ada di Inhutani, kemudian dilimpahkan ke Perhutani. Inhutani tetap manajemen sendiri yang saham sebelumnya dikuasai negara, kini dikuasai Perhutani.
Sangat Tepat
Banyak yang memberikan respon positif terhadap kebijakan pemerintah mengholding BUMN Kehutanan ini. Mereka menilai kebijakan yang sangat tepat, dalam upaya memperkuat pondasi institusi bisnis negara. Melalui lembaga yang dimiliki negara tentu penguasaan potensi kehutanan ini tidak akan lari ke pihak asing. Nilai tambah akan dinikmati masyarakat banyak karena pengelolaan potensinya dikuasai Negara.
“Hanya memang pemerintah harus berkomitmen untuk melanjutkan program ini, agar sasaran yang hendak diwujudkan dari pembentukan holding ini bisa memberikan nilai tambah besar,” kata Marsanto, mantan Dirut Perhutani yang kini menjadi wakil rakyat di Parlemen.
Perlu diketahui, nasib BUMN Kehutanan di era reformasi memang sangat memprihatinkan. Hanya Perhutani yang terkesan eksis dalam kurun 15 tahun terakhir. Lainnya, Inhutani I hingga Inhutani V, bagai anak ayam kehilangan induk.
Pemerintah seakan tidak peduli lagi atas kelangsungan dari BUMN yang sempat berjaya di era orde baru. Baru dalam empat tahun terakhir, Inhutani ini terkesan mulai bernapas, tatkala Dahlan Iskan diberi tanggung jawab mengelola BUMN.
Hadi Siswoyo, Direktur Utama Inhutani IV, mengakui banyak harapan dengan dibentuknya holding BUMN Kehutanan ini. Walau memang proses menyatukan itu bukan suatu hal yang gampang. Namun kini fenomena holding sudah selesai, satu keniscayaan sudah terjadi.
Harapan Hadi, setelah holding ini semuanya akan menjadi lebih baik dan indah. Tidak perlu ada kompetisi karena masing-masing bisa bersinergi dan saling bahu membahu. “Tantangan terbesar adalah membangun budaya bersama antara Jawa dan di luar Jawa,” ungkapnya. Ia yakin semuanya akan berjalan baik karena berada dalam satu koridor dan satu komando yang jelas.
Nasib yang terbiasa sengsara sempat dialami Inhutani V, yang pernah mengalami masa-masa karyawannya tidak digaji. Kenapa, menurut Direktur Inhutani V Endro Siswoko, sengsaranya karena di awal berdiri mereka memiliki area 60 ribu ha di Lampung tapi setelah didatangi lahan tersebut sudah dirambah dan hanya bisa ditanam 7 ribu ha saja.
Endro termasuk orang yang menyambut gembira holding yang dianggapnya sebagai karunia. “Saya pikir semuanya akan menjadi lebih mudah, baik dari sisi administrasi maupun peraturan-peraturan yang mengikat,” tukasnya seraya menambahkan bila menghadapi masalah pasti holding ini bisa saling membantu.
Di Inhutani V tumpang sari cukup banyak, ada jagung, singkong dan tebu. Tapi intinya bila produk tersebut digarap secara bersama hasilnya akan lebih maksimal.
Menurut Endro, setelah era holding ini, dalam tiga bulan terakhir akan menjadi catatan penting, bagaimana harta karun ini akan termanfaatkan dengan baik, produk apa yang harus kita kembangkan dengan segala sumber daya dan potensi yang ada. O (T/han)
SumberĀ  : Tropis
Tanggal : 20 Januari 2015

Share:
[addtoany]