BLORA, KOMPAS — Lahan milik Perhutani dan PT Perkebunan Nusantara bakal dikembangkan untuk mendukung swasembada pangan. Pemerintah mendorong dan memperluas pemanfaatan lahan hutan dan kebun dengan pertanian tumpang sari jagung, padi, dan kedelai.
“Kita mempunyai hutan jati, terutama Perhutani, dan PTPN yang ada kelapa sawit, bisa tanami tumpang sari antara tanaman hutan dan pertanian, apa pun tanamannya,” kata Presiden Joko Widodo saat panen raya jagung di areal Kesatuan Pemangkuan Hutan Randublatung di Desa Ngliron, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Sabtu (7/3).
Ikut mendampingi Presiden antara lain Ny Iriana Jokowi, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, serta Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar.
Produktivitas jagung dengan sistem tumpang sari di areal Perhutani ini mencapai 7,6 ton per hektar. Sebelumnya Presiden juga mengikuti panen raya jagung yang ditanam dengan pola tumpang sari dengan tanaman kayu putih di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Produktivitasnya berkisar 5,6 ton per hektar.
“Di hutan jati (tumpang sari) dengan tanaman jagung. Di Ponorogo, kayu putih dengan jagung. Nantinya sawit dengan padi atau jagung. Ini berpuluh-puluh tahun lahan itu tidak produktif dan dimanfaatkan,” katanya.
Presiden memberikan gambaran, produktivitas jagung di lahan Perhutani jika dikalikan harga jual jagung Rp 2.800 per kilogram, setiap hektar menghasilkan lebih dari Rp 20 juta. Jika dalam pengelolaan tumpang sari itu melibatkan lima keluarga petani, setiap keluarga akan mendapatkan penghasilan Rp 4 juta dalam sekali musim tanam jagung atau sekitar Rp 1,3 juta per bulan.
“Ke depan, pola seperti ini diperluas. Nanti akan diberikan benih dari Mentan secara gratis. Pupuk juga gratis,” ujarnya.
Satu juta hektar
Tahun ini, pemerintah menyediakan bantuan benih jagung dan pupuk secara gratis untuk areal tanam seluas satu juta hektar. Dari jumlah itu, menurut Jokowi, pengembangan tumpang sari di areal hutan akan mendapatkan bantuan benih sekitar sepertiganya. Bantuan gratis itu sengaja diberikan oleh pemerintah sebagai modal pada tahap awal. Jika mereka sudah mapan dan mandiri, pemerintah tidak memberikan bantuan lagi.
Mustoha Iskandar menyatakan, melalui pola ini masyarakat di sekitar hutan dapat memperoleh manfaat pangan dari pengelolaan hutan. Upaya ini sekaligus dapat menyelamatkan sumber daya hutan.
Sejak tahun 2014 Perhutani bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan Pemerintah Provinsi Jateng melakukan uji coba sistem pertanian terintegrasi atau tumpang sari di areal hutan seluas 156,5 hektar milik Perhutani di Kesatuan Pemangkuan Hutan Randublatung, Cepu, Pati, dan Banyumas Timur. Tahun ini uji coba diperluas di 16 kesatuan dengan total areal 4.025,6 hektar dengan tumpang sari tanaman padi, jagung, dan kedelai.
Presiden juga meninjau demplot tumpang sari tanaman jati dengan padi gogo yang dikembangkan bersama UGM dan KPH Randublatung. Presiden mengunjungi Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani di Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro. Presiden menyatakan akan membahas hasil penelitian itu dalam rapat kabinet guna mengkaji kemungkinan implementasi secara luas. (WHY)
Sumber : Kompas
Tanggal : 8 Maret 2015