Indonesia-Swedia Tingkatkan Kerja Sama Bilateral

SBY SwediaSTOCKHOLM – Indonesia dan Swedia sepakat meningkatkan kerja sama bilateral di sejumlah bidang. Nota kesepahaman mengenai hal itu ditandatangani di Stockholm, Swedia, Selasa (28/5), berbarengan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta rombongan.

Nota kesepahaman itu antara lain di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, dan kesehatan. Siaran pers Kedutaan Besar (Kedubes) Swedia di Jakarta, kemarin, menyebutkan, kedua negara menandatangani nota kesepahaman mengenai pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

Sehari sebelumnya, kedua pemerintah meneken hal sama untuk bidang ilmu pengetahhuan, riset dan inovasi, kesehatan, dan lingkungan. Sebelumnya, persetujuan mengenai pendirian pusat inovasi energi terbarukan ditandatangani oleh delegasi Indonesia ari Dewan Energi Nasional dan Universitas Gadjah Mada.

“Hubungan sektor swasta kedua Negara juga semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir. Ekspor Swedia ke Indonesia terus tumbuh. Semakin banyak perusahaan Swedia yang mengincar potensi pasar di Indonesia,” bunyi siaran pers tersebut.

Perusahaan ritel H&M dan Ikea akan membuka gerainya di Jakarta pada 2013 dan 2014. Sedangkan perusahaan teknologi bersih Clean Motion dijadwalkan mempresentasikan Zbee, kendaraan listrik tiga roda, di hadapan Presiden SBY.

Pekan lalu, Karolinska Institute dari Swedia dan perusahaan farmasi Indonesia Kalbe Group menandatangani nota kesepahaman untuk peluncuran i3L (Indonesian International Institute for Life Sciences). Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat inovasi, pencarian peluang bisnis dan penemuan ilmiah di bidang ilmu pengetahuan.

Sementara itu, Perum Perhutani dan SSC-Forestry kemarin menekan nota kesepahaman mengenai pengembangan peluang ekspor para produsen furnitur Indonesia. Selain itu Asosiasi Farmasi Indonesia dan SwedenBIO sepakat bekerja sama untuk mencari inovasi dan proyek-proyek komersial di industri ilmu pengetahuan. “Ini adalah bentuk kolaborasi yang benar-benar memanfaatkan kekuatan masing-masing negara. Swedia terdepan dalam industri ilmu pengetahuan. Saya percaya kerja sama ini bisa mendatangkan peluang-peluang yang sangat unik di masa depan,” ujar Dubes Swedia untuk Indonesia, Ewa Polano, yang menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman itu.

Presiden SBY dan Ny Ani Yudhoyono beserta rombongan tiba di Bandara Arlanda, Stockholm tepat pukul 20.30 waktu setempat, Senin (27/5) atau Selasa (28/5) pukul 01.30 WIB. Presiden disambut Menteri Kerja Sama Pembangunan International Kerajaan Swedia Gunilla Carlson, Dubes Swedia untuk Indonesia Ewa Polano, dan Dubes Indonesia untuk Swedia Dewa Made Juniarta Sastrawan.

Kemarin, Presiden SBY bertemu PM Swedia Fredrik Reinfeldt, Raja Carl XVI Gustaf Folke Hubertus, dan Ketua Parlemen Swedia Per Westerberg. Selain itu, Presiden dijadwalkan menerima sejumlah CEO perusahaan terkemuka Swedia, antara lain CEO Business Sweden, CEO Ikea, dan pemimpin perusahaan Investor AB. Dari Swedia, Rabu (29/5) Presiden dan rombongan dijadwalkan menuju New York, AS, untuk menghadiri pertemuan kelima Panel Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Mengenai Agenda Pembangunan Pasca 2015 (UN High-Level Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda) di Markas Besar PBB di New York.

Presiden juga dijadwalkan menerima penghargaan “World Statesman Award” dari organisasi nirlaba Appeal of Conscience Foundation (AoCF).

Negeri Makmur 
Dengan luas 449.964 km persegi — 65% di antaranya adalah hutan— dan penduduk 9,5 juta, Swedia termasuk negara kecil di Eropa utara yang cukup makmur. Pada 2012, produk domestic bruto (PDB) negara dengan empat musim ini sebesar US$ 395,8 miliar atau US$ 41.500 per kapita. Bandingkan dengan PDB per kapita Indonesia yang masih US$ 3.500.

Swedia menerapkan sistem ekonomi kapitalis dengan mengandalkan teknologi tinggi dan sistem sosialis yang memerhatikan kesejahteraan setiap warga negara. Sektor swasta dirangsang untuk bertumbuh pesat dalam iklim kompetitif. Sedangkan kesejahteraan masyarakat bawah diperhatikan pemerintah lewat berbagai program sosial serta kesehatan.

Kerusuhan yang terjadi pekan silam di Stockholm dan beberapa kota besar tidak mengurangi kehebatan Negara itu dalam memakmurkan rakyatnya. Jumlah imigran yang cukup besar memang menyulitkan pemerintah Swedia dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan jaminan sosial. Meski memiliki sumber daya alam, kemajuan ekonomi negeri ini tidak hanya mengandalkan kualitas sumber daya alam. Swedia termasuk satu dari sedikit negara yang unggul dalam inovasi dan pengembangan teknologi.

Ekspor utama Swedia adalah produk mineral dan energi, produk mesin industri, elektronik dan telekomunikasi, sarana transportasi, produk kimia, makanan olahan, dan produk kehutanan. Sedang impor Swedia antara lain minyak bumi dan produk minyak bumi, bahan makanan, dan pakaian.

Hubungan dengan RI
Sejak dibuka pada 1950, hubungan diplomatik Swedia-RI terus membaik. Pada 2008, kedua negara membentuk Dialog HAM dan Forum Konsultasi Bilateral. Di bidang ekonomi, Swedia menunjukkan keseriusan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi. Pada 2010, dibentuk Swedish Trade Council. Para pengusaha Swedia tertarik berinvestasi di teknologi informasi dan lingkungan hidup.

Pemerintah Swedia juga memberikan bantuan kepada pendidikan Indonesia, yang disalurkan lewat Swedish International Cooperatipn Agency.

Pemberi Suaka
Swedia tetap menjadi negara pemberi suaka kepada semua warga Negara dari berbagai belahan bumi, yang kehilangan kewarganegaraan dan tempat tinggal karena alasan politik atau perang. Negara ini selalu berada di barisan depan dalam membela HAM dan perjuangan pelucutan senjata. Gerakan Aceh Merdeka pada masa lalu tidak saja ditunjang oleh para gerilyawan, melainkan sejumlah tokoh politik Aceh yang tinggal di Swedia. Hal serupa terjadi juga dengan pemberontak dari sejumlah negara.

Berbentuk kerajaan dengan raja sebagai kepala negara dan PM sebagai kepala pemerintahan, Swedia menerapkan sistem politik demokrasi liberal. Parlemen diramaikan oleh tujuh partai politik, termasuk Partai Demokratik yang dikenal sebagai partai xenophobic atau anti imigran. Partai yang baru masuk parlemen September 2010 ini sedikit mengganggu citra Swedia sebagai negara paling liberal di dunia.

Uni Swedia-Norwegia yang terbentuk 1814 bubar tahun 1905 dan sejak itu Swedia berdiri sebagai sebuah Negara otonom. Tahun 1946, negara ini menjadi anggota PBB dan 1 Januari 1995 menjadi anggota Uni Eropa.

Sumber  : Investor Daily Indonesia (http://www.investor.co.id/international/indonesia-swedia-tingkatkan-kerja-sama-bilateral/61777)

Tanggal 29 Mei 2013

Share:
[addtoany]