Jangan Lewatkan 5 Destinasi Ini Saat ke Bandung

PIKIRAN-RAKYAT.COM, BANDUNG (17/6/2016) | Saat menginjakkan kaki di kota kembang, Bandung, Jawa Barat, tempat-tempat seperti apa yang ingin Anda jelajahi? Kota ini tentunya punya berbagai tempat menarik. Mulai dari pusat-pusat perbelanjaan, kawasan kuliner pemanja perut, hingga wahana-wahana rekreasi.
Namun, jangan lewatkan wisata alam di Bandung, termasuk wilayah-wilayah sekitarnya seperti Cimahi dan Kabupaten Bandung. Pemandangan hijau nan permai bersama atmosfer segar khas pegunungan disajikan di sudut-sudut Bandung. Aksesnya pun tidak jauh dari perkotaan. Ya, Anda tetap bisa berbelanja, berkuliner dan berekreasi saat dan sebelum ke tujuan.
Bukit Bintang
Nama aslinya Puncak Bintang. Dari ketinggian sekitar 1.442 meter di atas permukaan laut, pengunjung dapat menikmati kelap-kelip lautan bintang. Walau tak jarang banyak yang berkunjung saat siang hari, umumnya wisatawan ingin menikmati pemandangan Puncak Bintang saat malam hari.
Saat langit cerah Anda bisa memandangi angkasa bertabur bintang dari hutan pinusnya. Namun, setiap saat lautan bintang buatan dari lampu-lampu pemukiman dan perkotaan Kota Bandung menambah kesan romantis  di atas sana.
Patokan untuk bisa tiba di sana yakni, sekitar 100 meter arah barat dari Terminal Cicaheum, ada Jalan Padasuka. Papan penunjuk jalan akan memberikan keterangan tempat-tempat wisata yang bisa diakses dari jalan itu. Seperti Saung Angklung Udjo, Caringin Tilu, Bukit Moko, dan Puncak Bintang.
Siap-siap, kendaraan Anda akan menempuh 9 kilometer tanjakan yang tak henti-henti dengan kecuraman bervariasi.
Tebing Keraton
Nama Dago tentunya tidak asing lagi bagi mereka yang hobi pelesir ke Bandung. Nah, di kawasan Taman Ir H Djuanda ada satu situs favorit pecinta foto selfie ini.
Dari pusat Kota Bandung, bertolaklah ke arah Dago Pakar, kemudian ke arah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Setelah pintu gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, beloklah ke kanan. Setelah melewati permukiman, Anda akan sampai di sebuah warung dengan bertuliskan ‘Warung Bandrek’ alias Warban. Perjalanan belum selesai, pacu kendaraan Anda melewati tanjakan dan jalan berbatu sampai pos teratas, langsung di Tebing Keraton. Dari tempat parkir, hanya perlu berjalan sekitar lima menit ke lokasi.
Tahura Djuanda
Sebagai kawasan pelestarian alam, koleksi terbesar di Tahura Djuanda adalah aneka jenis tanaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Kawasan hutan ini merupakan vegetasi campuran, flora eksotik dari benua Afrika, Amerika, dan Asia tumbuh berdampingan dengan flora dan fauna asli Indonesia. Dalam menjalankan salah satu fungsinya sebagai arboretum (laboratorium alam), saat ini Tahura Djuanda memiliki tak kurang dari 2.000 jenis tumbuhan yang 112 diantaranya berasal dari luar negeri.
Selain rusa dan lebah madu, kera ekor panjang merupakan satwa penghuni tahura yang paling populer. Konon, satwa primata terbanyak di Asia Tenggara ini sudah ada sejak awalnya terbentuknya Tahura Djuanda. Kera yang memiliki nama latin Macaca fascicularis ini mudah dijumpai di hutan primer, hutan sekunder, hutan bakau, dan rawa. Tetapi mereka lebih menyukai kehidupan di hutan dekat sungai, danau, garis pantai, dan hutan yang dekat dengan pemukiman manusia. Wajar jika kera penghuni Tahura Djuanda pun tidak takut pada manusia. Mereka justru akan sengaja menampakkan diri jika melihat pengunjung yang datang. Di dalam kawasan Tahura Djuanda, hewan pemakan buah ini banyak terlihat bergelantungan di pohon atau berkeliaran di sekitar Jogging Track (jalan setapak).
Curug Cimahi
Curug Cimahi yang kini berada di lingkungan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)?Bandung Utara juga memiliki nama baru, yaitu Cimahi Rainbow Waterfall walaupun tetap dikenal masyarakat dengan nama melekat Curug Cimahi. Alasannya Curug Cimahi itu kini ditambah daya tarik lainnya berupa teknik pencahayaan sehingga mirip cahaya warna-warni pelangi yang biasanya dinyalakan saat suasana gelap.
Tak jauh dari Curug Cimahi dapat ditemui juga Curug Bugbrug dan Curug Panganten. Lokasinya Terletak di Jalan Kolonel Masturi, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Ada beberapa alternatif jalan yang bisa dipilih untuk mencapai curug ini. Kebanyakan yang digunakan ialah jalur Cimahi melalui Cihanjuang dan Parongpong, dan jalur Lembang. Jika menggunakan kendaraan pribadi atau travel dari pusat Kota Bandung, cukup menyusuri jalur Cihideung menuju Cisarua. Dari pusat Kota Cimahi dapat melalui Sersan Bajuri ke arah Universitas Advent Indonesia menuju ke Terminal Parongpong. Lokasi curug ini cukup mudah untuk dijangkau baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dengan kondisi jalan umumnya baik (beraspal). Pintu masuk Curug Cimahi terletak tepat di sebelah terminal angkot Cisarua, di pinggir jalan Kolonel Masturi sehingga tidaklah sulit untuk mencarinya.
Sedangkan bagi yang menggunakan kendaraan umum dapat menggunakan jasa angkutan umum dengan jurusan Ledeng-Sukasari dari terminal Ledeng. Setelah sampai di Terminal Sukasari (di depan Vila Istana Bunga), dapat diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 15-20 menit atau dapat memanfaatkan jasa angkutan umum Cisarua-Lembang dengan ongkos yang relatif murah.
Sementara jika dari Kota Bandung, bisa menggunakan angkutan jurusan St.Hall-Lembang dari Stasiun Kota, kemudian dilanjutkan dengan angkutan umum jurusan Lembang-Cisarua, dan turun persis di depan pintu gerbang Wana Wisata Curug Cimahi. Atau juga dperjalanan dapat ditempuh menuju terminal Ledeng, dilanjutkan dengan angkutan Ledeng-Parongpong. Dari terminal dilanjutkan memakai angkutan jurusan Parongpong-Padalarang.
Jalan setapak berundak dan berkelok konon terdiri dari sekitar 587 buah anak tangga. Sepanjang perjalanan ini akan ditemui beberapa ekor monyet ekor panjang yang bergelantungan di atas pohon.
Kawah Putih
Pemandangannya tak seputih namanya. Warna kawah yang membentang luas saat menginjakkan kaki di tanah belerangnya, cenderung terlihat biru terang. Kadang, warna airnya terlihat hijau memantulkan warna tumbuhan yang mengelilingi bak mangkuk raksasa.
Objek wisata ini ditemukan seorang Jerman, bernama Dr. Franz Wilhelm Junghun pada 1837. Ia adalah seorang pengusaha perkebunan Belanda. Kondisi lembah Gunung Patuha pada waktu itu masih berupa hutan lebat, dipenuhi pohon-pohon kayu jenis lokal, seperti rasamala, saninten, huru, samida, dan lain sebagainya.
Kini, ranting-ranting pohon mati banyak ditemui baik di tepi maupun di tengah kawah. Kesan dramatis ditambah nuansa berkabut kendati saat matahari bersinar terik siang hari.
Aksesnya mudah saja.  Pengunjung dari luar Bandung yang menggunnakan kendaraan roda empat dapat melewati jalur pintu Keluar Tol Kopo. Melewati Sayati dan dilanjutkan ke Soreang, dari Soreang dilanjutkan ke Ciwidey, dan sampailah di lokasi Kawah Putih. Rute alternatif bisa menggunakan jalur Tol Buah Batu.
Dengan kendaraan umum, dapat menggunakan jalur terminal Leuwi Panjang dilanjutkan ke Terminal Ciwidey, lanjut ke lokasi Kawah Putih.
Tanggal  : 17 Juni 2016
Sumber  : Pikiran-rakyat.com