Investor kehutanan sebaiknya tidak lagi berorientasi mengembangkan bisnis mengeksploitasi kayu. Investasi jasa lingkungan seperti ekowisata dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu lebih prospektif dalam jangka panjang.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengungkapkan ini saat membuka Musyawarah Kerja Nasional I Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di Universitas Islam Nusantara di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/4). Indonesia memiliki hutan seluas 130,6 juta hektar, yang sebagian besar dijadikan paru-paru dunia.
”Nilai hutan dari kayu itu hanya 10 persen sehingga kami menyetop izin penebangan baru di kawasan hutan sejak tahun 2010. Nilai hutan nonkayu itu lebih menguntungkan sehingga kami terus mendorong investasi jasa lingkungan, pangan, dan energi terbarukan di kawasan hutan,” ujar Menhut di hadapan ratusan aktivis BEM PTAI se-Indonesia tersebut.
Saat ini, nilai ekspor produk kehutanan Indonesia sedikitnya 6 miliar dollar AS (Rp 54 triliun) per tahun yang didominasi pulp, kertas, dan kayu lapis. Adapun investasi jasa lingkungan bisa beberapa kali lipat lebih tinggi.
Bisnis jasa lingkungan, antara lain, berupa restorasi hutan, pemanfaatan hutan untuk ekowisata, sumber air, dan jasa karbon. Kementerian Kehutanan telah mengalokasikan 35,4 juta hektar kawasan hutan rusak untuk investasi baru. Menurut Menhut, kerusakan hutan pada tahun 1999-2003 sangat parah. Indonesia kehilangan hutan rata-rata 4 juta hektar per tahun atau setara dengan delapan kali Provinsi Bali.
Saat mengunjungi kawasan ekowisata Ciwideuy di Kecamatan Rancabalik, Kabupaten Bandung, Menhut kembali menekankan hal ini. Pemerintah membuka peluang masyarakat bekerja sama mengembangkan ekowisata hutan dengan Perum Perhutani, Badan Usaha Milik Negara yang mengelola 2,4 juta hektar kawasan hutan di Pulau Jawa.
Dalam kunjungan ke Kawah Putih, Ciwideuy, Menhut berdialog dengan warga Bandung, Pipih Sopiah, yang mengantar tamunya dari Thailand, Sittiporn Tummakird. Pengunjung mengeluhkan masalah kebersihan kawasan ekowisata. Masalah lalu lintas yang kerap macet di Jalan Kopo, Bandung Selatan, juga mengurangi minat masyarakat berwisata ke Kawah Putih yang indah dengan hutan yang asri. Pipih meminta pemerintah memperbaiki akses jalan menuju kawasan ekowisata agar lebih nyaman.
Menhut meminta masyarakat menanam pohon bernilai ekonomi di lahan kosong. Mereka juga menanam tanaman musiman dan memelihara hewan untuk pendapatan jangka pendek. Sebelumnya, Wakil Bupati Bandung Deden Rukmana Rumaji mengakui, ada kesalahan pemanfaatan lahan yang semestinya ditanami pohon, malah menjadi kebun sayur. ”Kami sedang memulihkan hutan untuk mengembalikan kelestarian lingkungan,” ujar Deden. (Ham/eld)
KOMPAS :: 10 April 2012, Hal. 19