Jenaka Namanya; Wisata Pabangbon di Kab. Bogor, tapi Yahud untuk Selfie

JITUNEWS.COM (17/7/2017) | Era digital dan era media sosial (medsos) rupanya telah mengubah cara pandang dalam membuat destinasi wisata baru. Sudut-sudut kemiringan alam terjal yang berisiko menimbulkan bahaya justru laris dijual sebagai objek wisata swafoto alias selfie. Kemiringan tersebut berada pada ketinggian 720 dpl di tengah aroma kesegaran oksigen alam pegunungan desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Berfoto selfie di lokasi ini tentunya paling dicari untuk narsis dipamerkan di media sosial.

Untuk mencapai lokasi ini bukan perjalanan mudah. Penuh tantangan, jalan terjal panjang dengan kemiringan 45 hingga 60 derajat yang menyemburkan aroma kanvas rem sehingga bus pariwisata ukuran tiga perempat tidak mampu menaiki tanjakan tersebut. Hanya mini bus dan elf serta colt yang bisa melaju. Sedangkan, kendaraan sejenis kijang harus bersusah payah mendaki. Sepeda motor yang tidak berkopling juga kewalahan menanjak. Oleh karena itu, Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor menyediakan mobil elf untuk menjemput rombongan tamu, agar bisa sampai di titik tujuan, pintu masuk Panorama Pabangbon.

Kendati demikian, yang mengherankan, mengapa pengunjung selalu berlimpah, pada hari kerja sekali pun. Jitunews.com bersama rombongan media lain dalam press tour yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor berkunjung pada hari Rabu, tanggal 12 Juli 2017, menyaksikan kendaraan pengunjung baik roda empat maupun sepeda motor memenuhi lahan parkir, padahal Panorama Pabangbon baru dibuka pada tanggal 3 Maret 2017 yang lalu.

Kepuasan apa yang sebenarnya dicari pengunjung? Sebagian besar pengunjung ingin menikmati sensasi berada di ketinggian alam yang elok. Selain udara segar, gaya hidup masa kini, baik orang perkotaan, pedesaan maupun orang asing ingin merasakan debar jantung berswafoto di spot pemotretan di rumah perahu, rumah pohon, rumah cinta, rumah sarang burung, tangan raksasa, serta jembatan gantung canopy trail, flaying fox yang menggantung di pinggir jurang dengan dipungut bayaran Rp 10.000 per lima menit.

Selain itu, di sekitar kawasan ini juga ada air terjun yang masih perawan yang belum disentuh bangunan apa pun. Sebagian pengunjung juga ada yang bermalam di camping ground yang di sekitarnya ada situs bersejarah batu peninggalan zaman megalitikum.

Pemandangan Gunung Salak di sebelah timur, perbukitan Provinsi Banten di sebelah barat, Kota Leuwiliang di sebelah utara, dan yang paling fantastis adalah Taman Nasional Gunung Halimun di sebelah selatan yang terdiri atas beberapa puncak berselimut kabut sangat romantis untuk ber-selfie sehingga memukau para pengunjung.

Kawasan Panorama Pabangbon seluas 22 hektar berada di atas lahan milik BUMN Perhutani yang dikelola bersama masyarakat dengan skema ā€¯Perjanjian Kerja Sama antara BUMN Perhutani dengan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan)” setempat, sehingga disepakati profit sharing 75 persen untuk Perhutani dan 25 persen untuk LMDH.

“Wisata Pabangbon menjadi model di Kabupaten Bogor bagaimana pariwisata bisa dibangun dan dikelola dengan berbasis masyarakat setempat, nyatanya jalan. Bisa jadi ada BUMN lain yang mempunyai aset lahan dengan lokasi menarik untuk dikelola menjadi objek wisata bersinergi dengan masyarakat setempat. Bukan soal infrastruktur belum memadai untuk dikunjungi banyak wisatawan, yang terpenting adalah magnicut yang membuat orang beramai-ramai berkunjung. Justru kalau infrastruktur jalannya sudah bagus, malah akan diikuti menjamurnya hotel dan restoran yang tumbuh tidak tertib dan tidak sesuai tata ruang jalur hijau seperti di kawasan Puncak Pass. Memang banyak hotel dan restoran yang bisa meningkatkan pendapatan daerah. Namun perputaran uangnya lebih baik bisa langsung dinikmati oleh masyarakat desa setempat, seperti di Pabangbon,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Drs.Rahmat Surjana, M.Si kepada Jitunews.com.

Ide menjadikan Panorama Pabangbon sebagai destinasi wisata sebenarnya sederhana saja. “Berawal dari ocehan orang-orang terdahulu yang berkunjung katanya suka tempat ini paling asyik untuk melamun di tengah aroma pegunungan dan suara alam yang syahdu,” tutur Ujang Sudayat, pengelola wisata Pabangbon dari Perhutani.

Sumber : jitunews.com

Tanggal : 17 Juli 2017