Jepang Lirik Kesambi untuk Biofuel

Biji kesambi di hamparan sekitar 3.500 hektare hutan milik Perhutani yang sejak 1950-an silam tidak dimanfaatkan ternyata bisa diolah menjadi bahak bakar nabati, biosolar (ceylon oak). Perusahaan penanaman modal asing (PMA) Jepang, PT J-Coll Indonesia membenamkan saham sekitar Rp 8,9 miliar (setara 1.000.000 dollar AS) untuk membangun pabrik pengolahan biji kesambi menjadi biosolar di Kabupaten Probolinggo.

“Mohon Bapak Bupati membantu izin, kami mau mendirikan pabrik di Probolinggo,” ujar Katsuhito Segawa, investor dari Jepang saat menemui Bupati Hasan Aminuddin di pendopo, Selasa (15/11) sore. Didampingi rekannya, Akihito Morita, dalam bahasa Indonesia berlogat Jepang, Segawa menjelaskan rencana pendirian pabrik pengolahan biji kesambi itu.

Dikatakan pada 06 Oktober 2011 lalu, sudah mendaftarkan diri melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Saham awal PT J-Cool Indonesia senilai 1.000.000 dollar AS terinci, 400.000 (40%) dimiliki Naoki Kawata, 400.000 (40%) Akihiko Morita, 100.000 (10%) Katsuhito Segawa, dan 100.000 (10%) dimiliki seorang WNI Ita Sari.

Segawa juga mengaku, sudah membebaskan tanah sekitar 2 hektare di Desa Pajurangan, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo untuk bakal lokasi pabrik. “Kami tidak hanya membangun pabrik, nanti juga bakal mendirikan gedung sekolah, SD,” ujarnya.

“Kalau membangun sekolah, jangan SD, lebih baik SMK bidang kelautan dan perikanan,” ujar bupati. Soalnya, Probolinggo yang sebagian wilayahnya di tepi pantai membutuhkan sekolah tersebut.

Pembangunan pabrik di Desa Pajurangan dinilai tepat karena berdekatan dengan bahan baku berupa hutan kesambi milik Perhutani. Tanaman kesambi seluas sekitar 3.500 hektare itu membentang dari Bukit Bentar di Kecamatan Gending hingga wilayah Situbondo. “Selain itu kami bakal memanfaatkan pelabuhan Probolinggo,” ujar Segawa.

Untuk mengejar masa panen buah kesambi, November-Desember dan Mei-Juni, PT J-Cool Indonesia langsung gerak cepat. “Pada 27 November ini kami membuka kantor di Jakarta. Kami melakukan MoU dengan Perhutani, 6 bulan sudah action,” ujarnya.

Tidak hanya 3.500 hektare hutan kesambi di RPH Perhutani Probolinggo yang diincar investor Jepang itu. ”Selain di Probolinggo, masih ada sekitar 100.000 hektare hutan kesambi di Jateng. Juga kesambi di Jabar dan Kalimantan,” ujar Segawa.

Hernowo, notaris Probolinggo yang mendampingi dua investor Jepang itu menambahkan, PT J-Cool Indonesia ingin memanfaatkan biji kesambi untuk biosolar. ”Hanya bijinya, nanti daging buahnya yang seperti kelengkeng bisa diolah menjadi manisan atau sirup,” ujarnya.

Terkait kebutuhan sekitar 500 tenaga kerja, bupati menyarankan agar merekrut tenaga lokal Probolinggo. ”Kalau pabrik didirikan di Probolinggo, ya harus merekrut tenaga asli Probolinggo,” ujarnya.

Selama ini buah kesambi memang dibiarkan terbuang percuma. Perhutani Probolinggo hanya memanfaatkan sebagian kecil biji kesambi untuk bibit.

Nama Media : SURABAYA POST
Tanggal         : Rabu, 16 Nopember 2011 10:51 WIB Hal. 14
TONE              : POSITIVE

Share:
[addtoany]