Kaget di Tempat Tinggalnya Ada Wisata yang Menarik

JAWAPOS.COM (13/2/2018) | Tempat wisata dulu hanya dimiliki oleh orang kaya atau pemerintah. Namun, zaman now, semua itu berubah. Bahkan, kini kelompok masyarakat berlomba-lomba mencari potensi wisata di wilayahnya. Hasilnya, ternyata cukup banyak wisata baru yang bermunculan hasil kreasi gotong royong masyarakat sekitar.

Setahun yang lalu, mungkin masyarakat tidak akan mendengar nama wisata DK 37. Bukan hanya DK 37, tetapi cukup banyak wisata-wisata lainnya yang bermunculan di wilayah Jember, akhir-akhir ini. Sebut saja di antaranya ada Teluk Love di Payangan, Ambulu, Wahana Wisata Sukmo Ilang, Manggar, Babatan alias Simbat di Wuluhan. Selain itu, ada Jenggawah Hill di Jenggawah, Bendungan Dam Rejo, di Desa Sanenrejo, Jenggawah.

Mereka tumbuh subur di masyarakat begitu saja akhir-akhir ini. Wisata-wisata ini dibangun dengan gotong royong masyarakat. Semua ini tumbuh dari kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungannya dan. Biasanya, wahana-wahana wisata ini menggunakan lahan milik negara baik milik Perhutani, tanah kosong, maupun tanah lainnya yang dimiliki negara.

Biasanya, Mereka memulai dengan melakukan pembersihan di kawasan tersebut, kemudian menemukan banyak hal unik lainnya yang ada di Jember. Sehingga, inilah yang kemudian dijadikan wisata oleh masyarakat sekitar. Bukan hanya melestarikan, bahkan kini menjadi salah satu jujugan wisata serta bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Seperti DK 37 yang merupakan salah satu wujud munculnya wisata yang digagas Kelompok Manusia Untuk Alam (Manula) Jember. Mereka membersihkan, menghias, menambah sarana prasarana, hingga melengkapi sejumlah fasilitas yang dibutuhkan. Bahkan, pihaknya juga memperbaiki getek alias rakit sederhana yang digunakan untuk menyeberangkan masyarakat di lokasi DK 37.

“Dana untuk DK 37 ini dari swadaya masyarakat,” kata Gaguk Harianto, koordinator Manula, kemarin. Kini, pihaknya selalu berkoordinasi dengan pemilik lahan, yakni Perhutani. Gaguk mengatakan, ini bukan hanya sekadar wisata, namun juga sebagai bentuk pelestarian terhadap hutan itu.

Dengan adanya wisata ini, maka masyarakat akan ikut menjaga dan merawat hutan. Sebab, jika hutan rusak, maka tentu wisata di kawasan itu juga akan rusak dan membuat kawasan itu menjadi tidak menarik lagi. Inilah yang sedang diperjuangkan oleh pihaknya saat ini.

Begitu juga dengan Wahana Wisata Simbat yang dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tambar alias Tamansari Bersatu. Heni Nur Fitria, aktifis lingkungan yang juga sekretaris Pokdarwis Tambar mengatakan, pembentukan wahana wisata ini sama sekali tanpa kesengajaan. Heni mengatakan, ditemukannya wisata baru ini bermula dari keprihatinan masyarakat dengan adanya penambangan Gunung Manggar.

“Dulu ada penambangan di sini. Seperti bagian sisi selatan dan utara Gunung Manggar,” jelasnya. Bahkan, ada sekitar tujuh titik penggalian di sana, sehingga berdampak pada aliran sungai yang dipenuhi lumpur setiap musim hujan. Kemudian, kelompok ini datang dan mengubahnya menjadi wisata. Kini tidak ada lagi penambangan liar di sana.

Sementara itu, Ewinda Ristia yang kini menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jember, tidak pernah menyangka jika di daerahnya ada wisata alam pegunungan yang menarik. Pasalnya, sejak kecil dirinya sering mengunjungi wisata di kawasan Ambulu, tempatnya lahir dan dibesarkan. Kebanyakan adalah wisata pantai dan kolam renang buatan.

Selama ini, dirinya tahu bahwa pengelolaan dilakukan oleh pemerintah, seperti Watu Ulo, Papuma, dan sebagainya. Selain itu, kolam renang buatan biasanya dimiliki oleh pengusaha kaya di Ambulu. Dirinya mengaku, selama beberapa bulan terakhir dirinya dikagetkan dengan munculnya fenomena wisata DK 37 alias Gladak Korek yang dibangun 1937.

“Kalau Gladak Korek tahu. Itu sudah dengar legendanya dari zaman mbah-mbah dulu,” jelas mahasiswi IKIP PGRI Jember ini. Dirinya mengaku kaget ternyata di sekitar tempat tinggalnya ada lokasi wisata yang cukup menarik.

“Setelah menyeberang, ternyata di Desa Andongsari, Ambulu ada wisata alam pegunungan yang bagus,” tutur Winda, panggilan akrabnya. Inilah yang membuat dirinya kagum, karena baru beberapa bulan ini ditemukan dan terkenal. Bahkan, kini teman-temannya di Jember dan luar daerah yang kuliah di Jember pun penasaran dengan DK 37 yang notabene ada di kampung halamannya.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 6 Februari 2018