Kawasan Lereng Sindoro dan Sumbing Rawan Kebakaran

Kawasan hutan di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing rawan terjadi kebakaran karena pada musim kemarau ini kondisinya sangat kering. Hal itu dikatakan Administratur Kesatuan Pemangku Hutan Kedu Utara Iwan Setyawan.

Iwan, Jumat (3/8), mengatakan hutan bisa terbakar karena hutan kering. Banyak bahan yang bisa terbakar apabila terpicu oleh api dan api hanya bisa dibawa oleh manusia. “Kami tidak melarang orang melakukan pendakian, tetapi semua harus waspada agar tidak terjadi kebakaran hutan,” katanya.

Luas hutan lindung di kawasan lereng Gunung Sindoro dan Sumbing sekitar 12 ribu hektare. Pada musim kemarau tahun ini telah terjadi kebakaran di lereng Sindoro, yakni di Petak 21A Desa Candiasan, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo.

Kebakaran itu menghanguskan area seluas sekitar lima hektare di petak tersebut, dengan jenis vegetasi berupa rimba alam atau semak belukar. Iwan mengatakan, saat kemarau, kondisi hutan yang kering mudah terbakar sehingga kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang sering terjadi.

Ia menuturkan, dampak negatif yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan cukup besar, yakni kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, serta perubahan iklim mikro maupun global.

Menurut dia, upaya pencegahan yang dilakukan Perhutani adalah mengimbau masyarakat agar tidak melakukan hal yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran hutan, antara lain membuang puntung rokok sembarangan di kawasan hutan, membuat api unggun, membuat arang, dan membakar rumput kering.

“Kami mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembakaran di kawasan hutan terutama pada saat musim kemarau. Kami melakukan sosialisasi secara berkesinambungan kepada masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk selalu mengikuti petunjuk yang disampaikan petugas lapangan dari Perhutani,” katanya. (Ant/OL-12)

mediaindonesia.com :: Jumat, 03 Agustus 2012 09:39 WIB

Share:
[addtoany]