Kayu Jati Kuno, Ikon Baru Bojonegoro

Radar Bojonegoro – Prosesi pemboyongan kayu jati kuno dari TPK Perhutani Sukorejo ke alun-alun berlangsung kemarin(7/11). Pemboyongan tersebut berlangsung dengan iring-iringan yang cukup meriah. Kayu tersebut diletakkan di alun-alun sebelah selatan barat.

Sebab, akan dijadikan monumen. Kabid Pelestrian dan Pengembangan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Suyanto menjelaskan, proses boyong kayu jati tersebut adalah momentum untuk mengajak semua lapisan masyarakat untuk melestarikan alam.

”Harapannya mampu merubah sikap orang yang dulunya menjarah kayu menjadi orang yang suka menanam kayu,” jelasnya. Di taruhnya kayu tersebut di alun-alun, diharapkan bisa menjadi ikon Bojonegoro selain batu semar yang sudah ada lebih dulu.

Sebelumnya, Pemkab Bojoengoro juga memboyong batu besar dari Gondang ke alun-alun kota. Kini batu semar tersebut menjadi salah satu ikon Bojonegoro. Sebelum diletakkan di alun-alun, kayu tersebut sudah menempati TKP Perhutani Desa Sukorejo selama 20 tahun.

Tepatnya sejak 1995 silam. Kayu tersebut diangkat dari dasar Bengawan Solo pada 1994 silam. Pengangkat kayu jati tersebut adalah Sarli Mahyudin warga Mojoranu, Dander. Pengangkatan kayu tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Sementara itu, Sholeh salah satu warga di Desa Kauman, lokasi awal kayu tersebut ditemukan mengatakan, kayu tersebut sudah lama menancap di dasar sungai Bengawan Solo. Warga sekitar sengaja tidak mengambilanya karena kayu tersebut menjadi penahan longsor. ”Jadi bukan karena takut kualat atau ada apa-apanya di kayu itu. Setelah kayu itu dicabut bangunan di sekitar lokasi justru longsor,” ujarnya.

Sumber : Radar Bojonegoro, hal 29 & 35
Tanggal : 8 November 2015

Share:
[addtoany]