INVESTOR DAILY, BANYUASIN (10/6/2016) | Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan program integrasi (tumpangsari/infrero) jagung-karet guna mendongkrak produksi jagung nasional. Melalui program tersebut, impor jagung yang setiap tahunnya mencapai 3,6 juta ton atau setara Rp 10 triliun bisa dikurangi secara perlahan. Saat ini, setidaknya terdapat lahan seluas 1 juta hektare (ha) yang bisa dimanfaatkan untuk program intercropping jagung, termasuk integrasi jagung-sawit.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman akan mengejar target peningkatan produksi jagung melalui program intercropping, yakni dengan memanfaatkan lahan sela pada tanaman karet maupun kelapa sawit yang sedang diremajakan. “Ada potensi 1 juta ha lahan yang bisa dimanfaatkan untuk menerapkan intercropping jagung-karet dan jagung-sawit Ini bisa menekan impor yang setiap tahun mencapai 3,6 juta ton, itu setara Rp 10 triliun. Kondisi ini sangat menyedihkan bagi kita,” kata Amran.
Amran menyampaikan hal itu saat kunjungan kerja ke Pulau Harapan, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel). Kamis (9/6). Kunjungan kerja juga dilakukan ke Kecamatan Tanjung Lago di provinsi yahg sama. Selain ikut menanam perdana jagung di sela tanaman karet yang sedang diremajakan. Amran juga menyerahkan bantuan alat dan mesin pertanian kepada petani. Sebelum menuju perkebunan. Amran juga membuka pasar murah di Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel.
Amran mengatakan, intercropping akan memberikan tambahan pendapatan bagipetani. Selama 3-4 tahun, petani bisa menanam jagung di sela tanaman karet dan kelapa sawit Hasilnya, petani tetap memiliki sumber pendapatan meski tanaman karet dan kelapa sawit di kebunnya belum menghasilkan. Selain itu, petani bisa memangkas biaya herbisida untuk mengatasi rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman karet dan kelapa sawit “Program intercropping sebenarnya sudah ada sejak 2015, tapi waktu itu baru tahap pengolahan lahan hingga pembagian alat mesin dan pertanian. Saat ini, kita galakkan lagi,” jelas Mentan.
Khusus untuk Kabupaten Banyuasin, Mentan minta direalisasikan sedikitnya 10 ribu ha program intercropping jagung-karet Bibit berasal dari pemerintah. Kementan bersama pengawai penyuluh lapangan, TNI, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan mahasiswa akan terjun dan memantau langsung di lapangan. Tujuannya agar program intercropping jagung tersebut berhasil dan target tercapai.
Dalam hitungan Mentan, apabila 1 juta ha lahan dimanfaatkan sepenuhnya untuk program intercropping jagung sedangkan produktivitas mencapai 6 ton per ha, bukan tidak mungkin target impor jagung untuk pakan ternak maksimal 1 juta ton tahun ini akan tercapai- Lahan 1 juta ha umumnya adalah lahan milik Perhutani, saat ini sudah ada kontrak pengembangan 200 ribu ha program intercropping jagung. “Negara kita besar, subur, sehingga kami ambil inisiatif. Dengan integrasi jagung-karet dan jagung-sawit, mudah-mudahan impor kita yang tahun lalu 3,6 juta ton, tahun ini hanya 1 juta. Paling lambat tahun ini, persoalan jagung selesai,” kata dia.
Di tempat yang sama. Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, penanganan pascaproduksi merupakan faktor penting untuk menjaga pasokan jagung bagi industri pakan. Setiap bulan, kebutuhan jagung industri pakan rata-rata sekitar 700 ribu tondan apabila menjelang Lebaran mengalami kenaikan 20-25%. Sementara, produksi selalu berfluktuasi.
Karena itu, kata Desianto, apabila kebutuhan naik, pasokan dalam negeri juga seharusnya mengikuti. Karena itulah, perlu ada penanga-nan pascaproduksi yang baik. Di sisi lain, apabila pasokan jagung untuk industri pakan tidak mencukupi, industri pakan beralih ke gandum. “Substitusi ke gandum sudah berlangsung sekitar akhir tahun lalu. Kita impor gandum feed weed dari Eropa,” kata Desianto. (eme)
Tanggal : 10 Juni 2016
Summer : Investor Daily