Rakyat Merdeka – Selama 17 tahun, sejarah mencatat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan nasional seperti menyumbang dividen untuk negara dan membangun perekonomian rakyat. Pemerintahan JokowiJK, berkomitmen meningkatkan kontribusi perusahaan negara dalam pembangunan antara lain dengan menggenjot pembangunan infrastruktur untuk menopang perekonomian.
PERKEMBANGAN perekonomian Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran BUMN. Secara konsepsi umum, BUMN memiliki peran penting dalam pembangunan nasional, baik dalam bentuk kontribusi dividen dan pajak kepada APBN maupun sebagai agen pembangunan termasuk penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan laporan Deviden RAPBNP 2014 BUMN menyumbang deviden sebesar Rp40,16 triliun dari total APBN Rp113,18 triliun pada tahun 2014 dengan total jumlah karyawan BUMN tercatat sebanyak 774.983 orang, baik sebagai karyawan tetap ataupun tidak tetap. Tidak hanya itu, dari sisi ekonomi kerakyatan, BUMN juga menjalankan misi keperintisan kegiatan usaha, pemenuhan hajat hidup orang banyak, asistensi serta pemberian bantuan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan masyarakat ekonomi lemah.
Menyadari pentingnya posisi BUMN dalam perekonomian nasional, Kementerian BUMN sebagai kementerian yang berwenang dan bertugas melaksanakan fungsi kepemegangsahaman negara atas BUMN memiliki sejumlah strategi pengelolaan perusahaan guna meningkatkan dan mengoptimalisasi kinerja BUMN. Kementerian BUMN saat ini mengelola 119 BUMN yang tersebar di Indonesia dan bergerak di berbagai sektor usaha, mencakup perkebunan, farmasi, energi, logistik, kawa san industri, pariwisata, industri strategis, pertambangan, media, kepelabuhanan, transportasi, perbankan, asuransi, konstruksi, dan sektorsektor lainnya yang kesemuanya berada di sekitar kita.
Sebut saja beberapa nama BUMN seperti Pertamina, PLN, Telkom, Jasa Marga, Kimia Farma, Krakatau Steel, Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, Perumnas, Adhi Karya, Wijaya Karya dan lain sebagainya. Beberapa BUMN bahkan terkait erat dengan kegiatan perjalanan masyarakat seperti Damri, PPD, Kereta Api, Garuda Indonesia, Angkasa Pura I dan II yang mengelola bandara, Pelabuhan Indonesia I hingga IV, dan lainlain. Dari 119 BUMN yang ada, 20 BUMN di antaranya telah go public di Bursa Efek Indonesia dan menguasai 26,35 persen ka pitalisasi pasar menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kementerian BUMN yang telah menginjak usia 17 tahun akan terus melakukan berbagai strategi pengembangan BUMN, baik dalam bentuk restrukturisasi, ekspansi, holdingisasi dan aksi korporasi lainnya yang diyakini mampu meningkatkan kinerja BUMN. Holdingisasi diperlukan dalam rangka melakukan efisiensi bisnis BUMN yang saat ini ada di Indonesia. Dari 25 BUMN terbesar saja telah memberikan kontribusi sekitar 90 persen dari 119 perusahaan yang ada, baik dari segi aset, ekuitas, maupun laba bersih.
Holdingisasi akan diarahkan kepada BUMN yang mempunyai bidang usaha sejenis atau mempunyai keterkaitan usaha yang berdasarkan hasil kajian akan memberikan manfaat optimal bagi Pemerintah. Kementerian BUMN telah membentuk empat perusahaan holding hingga tahun lalu yakni PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero) sebagai holding BUMN di sektor produsen pupuk, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di industri se men, PT Per ke bunan Nusantara III (Persero) di sektor perke bunan, dan Perum Perhutani di sektor kehutanan.
PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero) atau PIHC dibentuk pada tahun 2011 dengan membawahi sejumlah anak perusahaan, yakni PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kaltim, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Rekayasa Industri dan PT Mega Eltra yang semula merupakan BUMN.
Berdasarkan laporan tahunan PIHC pada tahun 2014, total aset yang dimiliki perusahaan tercatat sebesar Rp76 triliun dengan total kapasitas produksi pupuk 11,26 juta ton yang menjadikan PIHC sebagai produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara.Setahun kemudian, BUMN yang bergerak di bidang produksi semen mengalami holdingisasi dibawah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Saat ini, Semen Indonesia memiliki empat anak perusahaan, yaitu PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa dan Thang Long Cement Vietnam, sebagai langkah ekspansi perusahaan di Asia Tenggara. Berdasarkan data laporan tahunan Semen Indonesia tahun 2014, kapasitas produksi Semen Indonesia naik 6 persen atau mencapai 31,8 juta ton dengan total aset sebesar Rp34 triliun. Menyusul kesuksesan dua holding sebelumnya, Ke menterian BUMN melakukan Holding Perkebunan dan Holding Kehutanan pada tahun 2014 lalu. PTPN III menjadi leader Holding Perkebunan membawahi 13 perusahaan BUMN di sektor perkebunan meliputi PTPN I, PTPN II, PTPN IV hingga PTPN XIV.
Sedangkan Perum Perhutani dipercaya menjadi induk Holding Kehutanan membawahi 5 perusahaan BUMN yang memiliki core business di sektor kehutanan, yakni PT Inhutani I-V.Melihat kinerja BUMN dalam empat tahun terakhir, rasanya patutlah bangsa Indonesia berbangga hati dengan perusahaan negara ini.
Beberapa torehan kinerja BUMN yang dapat men jadikan kebanggan kita semua, seperti pembangunan tol pertama di atas laut hasil kerjasama beberapa BUMN, RS Pekerja hasil kerja sama Jamsostek, Pelni dan KBN, kiprah Biofarma sebagai pemasok vaksin polio yang dipakai lebih dari 100 negara, pembangunan pabrik photovoltaic (solar cell) yang dikembangkan oleh LEN Industri, dan masih banyak lagi.Pada tahun 2015 mendatang akan ada beberapa proyek infrastruktur BUMN yang dicanangkan, yakni Proyek Transportasi Massal Light Rail Transit (LRT), Jalan Tol TransSumatera, Proyek High Speed Train, Jalan Tol Trans Jawa, Pengembangan Terminal Multipurpose, Proyek Jalan Tol MedanKualanamuTebing Tinggi, Proyek Pembangkit Listrik, Pembangunan dan Pengembangan 40 pelabuhan laut dan penyeberangan, juga Proyek Pengembangan dan Pembangunan 14 bandara.Selain itu, BUMN juga memiliki Program Pembangunan Satu Juta Rumah untuk Rakyat.
Pada tahun 2015 akan dilaksanakan pembangunan maupun peremajaan 36.016 unit rumah dan 54 tower Rumah Susun, 300 unit rusun di Karawang dan 200 unit rusun di Antapani, Bandung. Adapun Perumnas akan membangun dua jenis perumahan yakni rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) berupa hunian yang memperoleh Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan rumah nonMBR.Beberapa BUMN juga telah ekspansi ke luar negeri atau go global, misalnya Bio Farma yang telah meluncurkan 23 jenis vaksin dan berencana meluaskan jaringannya ke negaranegara Islam dan negara Eropa, Semen Indonesia yang kini memiliki pabrik di Vietnam, Wijaya Karya yang beroperasi di Myanmar dan Aljazair, lapangan minyak Pertamina di Aljazair, proyek Waskita Karya di Saudi Arabia, kantor cabang dan perwakilan Bank BUMN di beberapa negara, PIHC di Timor Leste dan Myanmar, PT Industri Nuklir Indonesia di Amerika Serikat serta ekspansi Telkom Grup di beberapa negara di Asia, Australia dan Amerika.
Tancapkan Prestasi Di Pentas Dunia Prestasi BUMN Indonesia di tingkat dunia semakin kokoh dengan masuknya enam perusahaan negara dalam Forbes Global 2000 Tahun 2014, yakni Bank Mandiri, BRI, Telkom, BNI, PGN dan Semen Indonesia. Pertamina dan PLN bahkan tercatat sebagai perusahaan Indonesia yang mampu menembus Fortune Global 500 Tahun 2014, tepatnya di posisi 123 dan 477. Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah BUMN telah menjadi pemain utama di pentas global. Pengakuan prestasi BUMN di media internasional berdampak positif pada citra perusahaan yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan investor.
Kinerja BUMN secara keseluruhan pun memperlihatkan perkembangan yang positif. Berdasarkan data Laporan Keuangan Perusahaan Negara (LKPN), dalam rentang 20092014 aktiva BUMN tumbuh hampir 2 kali lipat dari Rp2.241 triliun di tahun 2009 menjadi Rp4.580 triliun di tahun 2014. Begitu juga dengan total laba BUMN yang tumbuh signifikan, dari Rp87 triliun di tahun 2009 menjadi Rp161 triliun di tahun 2014. Meski demikian, proses panjang untuk mengelola BUMN dengan lebih efektif dan efisien masih harus dijalankan, antara lain karena level of playing field BUMN masih belum sama dengan swasta terutama dalam hal peraturan perundanganundangan yang harus diikuti.
Terlepas dari itu, arah dan pengembangan BUMN akan dilakukan sesuai roadmap yang terus disempurnakan oleh Kementerian BUMN untuk meningkatkan kinerja BUMN yang semakin kompetitif di era persaingan global. Pengembangan ini tentu membutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, terutama di era kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden Periode 2014 — 2019. (ADV)
Sumber : Rakyat Merdeka, hal. 48
Tanggal : 18 Agustus 2015